Indonesian Authors
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Indonesian Authors

Komunitas Story Writer Indonesia
 
HomePortalLatest imagesSearchRegisterLog in

 

 [Angel Beats] My Song

Go down 
AuthorMessage
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10049
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[Angel Beats] My Song Empty
PostSubject: [Angel Beats] My Song   [Angel Beats] My Song EmptySat Aug 28, 2010 2:31 pm

kau tahu, hidup terkadang terasa kosong buatku. Hidup ku tidak menderita. Bahkan bisa dibilang kalau aku hidup berkecukupan. Kedua orang tuaku juga tidak kurang melimpahkan kasih sayang mereka padaku. Tapi tetap saja, ada satu hal yang kurang. Selalu saja aku merasa ada satu hal yang kurang.

Seorang temanku memberikan saran untuk mencari hobby. Dan segera kutemukan satu hal untuk mengisi waktuku. Hobby itu juga tidak lepas dari hadiah ulang tahun yang ayah berikan padaku. Sebuah kamera digital. Dan aku pun mulai menangkap fragmen-fragmen waktu yang tersebar di sekitarku. Memasukkan mereka kedalam sebuah file berformat jpeg. tapi tetap saja, ada satu hal yang kurang. selalu saja aku merasa ada satu hal yang kurang.

Musik lembut mengalun dari headphone yang tidak pernah lepas dari telingaku. Mencoba mengisi satu kepingan kosong dalam jiwaku. Tapi masih tetap kurang. Masih tetap ada yang kurang.

Kualihkan langkah tidak terarahku ke sebuah toko kaset. Sebuah lagu bersemangat mungkin bisa mengisi kepingan itu meski untuk sementara. Dan mataku terpana oleh sebuah kalimat di poster yang terpampang di dinding toko.

'Requiem For Innocence'

Aku tidak tahu kenapa, satu kalimat itu terasa menggelitik tenggorokanku, menarik minatku, dan menggerakkan tubuhku ke arahnya.

Aku berjalan pelan untuk berhenti beberapa saat kemudian. Pandanganku berpindah dari poster itu ke seorang gadis berambut merah yang juga sedang terpana oleh hal yang sama. Dia meraih headphone di hadapannya, mendengarkan lagu yang tadinya juga ingin kudengarkan.

Apa boleh buat. Kupasang Headphoneku lagi, lalu berjalan meninggalkan tempat itu.

Dan ku tak tahu bagaimana, kepingan kosong itu terisi tiba-tiba dan kembali kosong dengan cepat. Apa yang baru saja kulihat?

"we, the lonely, were more human."

Sebuah kalimat melintas di benakku tepat saat aku berdiri di luar toko. Aku terpaku. Kalimat itu jelas bukan dari lagu yang sedang kudengar. dan kekosongan ini juga...

Tanpa membuang waktu aku berlari masuk kedalam toko. Berlari ke arah tempat gadis berambut merah itu berdiri.

Dan dia tidak ada di sana.

Aku akan menemukannya. satu hal yang bisa mengisi kepingan kosong dalam jiwaku.

Aku akan menemukannya. Kepingan waktu yang ingin kurekam dalam bingkai 3000 pixel.

Aku akan menemukannya.

Tiap hari aku kembali ke toko kaset itu, berdiri selama yang aku bisa di tempat aku melihat gadis berambut merah itu. Tapi dia tidak pernah ada di sana. Apakah dia hanya ilusi ku?

Waktu berlalu, dan aku tidak pernah melihatnya lagi. Dan saat aku mulai berpikir dia hanya ilusiku, sosok yang kuanti kulihat berkelebat di seberang jalan. Rambut yang sama, seragam yang sama, berlari dengan sebuah gitar dipunggungnya.

Aku mengeluarkan kamera dari tasku, lalu berlari secepat yang aku bisa. Kepingan waktu yang begitu kuidamkan ada dihadapanku. dan satu-satunya hal yang mencegahku mendapatkannya adalah silau cahaya keperakan dan merah yang mengalir dari tubuhku.

***

Entah sudah berapa lama aku berada di tempat ini. Aku sudah lupa kapan terakhir kali aku menghitung hari. Toh sepertinya waktu terhenti di tempat ini. Ketika beberapa orang mengajakku bergabung ke 'afterlife battlefront' atau apalah namanya, dengan ringan aku menolak.

Aku tidak pernah membeci Tuhan, dan tidak pernah berniat memberontak pada-Nya.

Dan seperti biasa, aku merebahkan diri di atap sekolah sambil membiarkan slantunan sendu itu mengisi kekosonganku. Waktu tidak berjalan di sini, dan kekosongan ini tidak pernah hilang. Apakah ini siksaan?

aruite kita michi furikaeru to IYA na koto bakkari de mou unzari da yo
fureru mono o kagayakashite yuku sonna michi o ikite kitakatta yo


Suara yang tidak pernah kudengar tapi entah kenapa rasanya amat kurindukan. Aku bangkit kulepaskan headset yang selama ini mencoba mengisi ku. dan kutemukan tubuhnya di bawah sinar matahari senja.

"Ah, maaf." Dia menghentikan lagunya. "Apa aku mengganggumu?"

Aku menggelengkan kepala.

"Kau bukan NPC?"

Sekali lagi aku menggeleng.

"Kau tidak bergabung dengan batlefront?"

Dan lagi-lagi aku menggeleng. Dan dia tertawa kecil.

"Aku Iwasawa." dia berkata sambil tersenyum kecil dan menjulurkan tangannya.

Apakah aku sudah menemukannya?

***

Aku menemukan gadis berambut merah itu. Tapi masih saja ada yang kurang. ada yang kurang.

Apa yang kurang. Satu pertanyaan yang terus berputar di kepalaku dan mengiringi langkahku ke atap gedung seolah sore itu.

Sayup-sayup kudengar suara petikan gitar dan lantunan lembutnya.

"Lagu baru?"

Aku berjalan pelan ke arah Iwasawa. Dia terlihat sedikit terkejut lalu mengangguk.

"Mau dengar?"

Aku duduk melantai di depannya. membiarkan diriku terpaku oleh alunan melodi 5 menitnya. Aku terhanyut dan tidak bisa berkata apa-apa. Aku terhanyut oleh untaian kata dan alunan melodi gitarnya.

inikah dia?

"bagaimana?" Pertanyaannya menarikku kembali ke tempat itu.

Aku menghela nafas. Mengumpulkan fragmen kata yang tercecer di dalam kealaku.

"Kau tahu, ini pertama kalinya aku merasa lagumu bersinar begitu terang."

"Kamu bicara apa?"

"Kau tahu, aku selalu merasa ada satu hal yang kurang dari jiwaku. tapi aku tidak tahu apa itu."

Iwasawa mulai menampakkan kebingungannya. Aku sendiri juga mulai tidak mengerti apa yang terucap oleh bibirku.

"Meski untuk sekejap, kekosongan itu pernah terisi. Tapi aku tidak tahu apa yang mengisinya. Sampai sekarang aku tidak tahu. Aku ingin seseorang menyelamatkanku dari kekosongan ini. Dan aku ingin orang itu adalah kamu."

"kamu bicara apa?" Iwasawa tidak bisa menyembunyikan rasa kagetnya. Tapi aku sepertinya tidak peduli dia terkejut, marah, atau kesal.

"Kalau aku bisa terlahir lagi, aku akan selalu ada di barisan depan penonton konsermu"

***

Baiklah, aku akui perkataanku kemarin agak sedikit aneh. Tapi paling tidak itu bukanlah hal yang bisa mencegahku berada di Gedung Olahraga malam ini bukan?

Tapi kenapa?

Kenapa kekosongan ini masih menghantuiku. Bahkan ketika suara merdu Iwasawa melantun keras bersama Alchemy. Kenapa kekosongan ini masih menghantuiku.

Kubidikkan kameraku ke arah panggung. Menangkap wajah Iwasawa yang mulai dialiri keringat. Ada yang kurang.

Dan perhatianku teralih oleh suara ribut-ribut dari belakang. Para guru ada di sini!

Kutangkap perubahan ekspresi Iwasawa meski hanya sekejap. Wajahnya terlihat begitu sepi.

Dan lubang hitam dalam jiwaku makin terbuka lebar.

***

Aku mengumpat sekeras yang aku bisa. Mendorong orang yang mencoba menghalangiku naik ke atas sana.

"INI SEMUA UNTUK KAMI! BIARKAN MEREKA PERGI!"

Aku hanya bisa berteriak kesal saat para guru menghentikan lantunan Iwasawa. Amarahku memuncak.

"Benda ini boleh dibuang, bukan?" Katanya sambil memegang gitar Iwasawa.

Dan amarahku meledak. Aku menendang orang yang sedari tadi menghalangiku lalu secepatnya bersuraha naik ke atas panggung.

"JANGAN SENTUH ITU!"

Teriakan Iwasawa mendadak menghentikan langkahku. Aku tertegun saat dia melompat merebut gitarnya. Aku tertegun saat perlahan-lahan dia merapat ke tembok dan membiarkan lampu sorot menyinari tubuhnya. Dan aku masih tertegun saat dia mulai memetik gitarnya.

Joushiki butteru yatsuga waratteru
tsugi wa donna uso wo tsuku
sorede erareta mono
daijini kazatteokeru no?


Suara lembut Iwasawa terdengar di seluruh sekolah. Lagu ini...

Kepalaku mendadak kosong. Ku cengkeram erat kamera di tanganku. Dan begitu aku sadar, kameraku telah mengambil puluhan gambar Iwasawa.

Aku menemukannya.

Fragmen yang selama ini aku cari.

Iwasawa memejamkan mata begitu lagunya selesai. Bulir bening menghiasi sudut matanya. Senyum tipis mengembang di bibirnya yang merah muda.

Dia terlihat begitu...

Cantik...

***

Otonashi mengedarkan pandangannya ke sekeliling Gedung Olahraga. Tadi malam Iwasawa menghilang di tempat ini.

Matanya terhenti pada sebuah benda hitam. Sebuah kamera.

Otonashi berlari-lari kecil ke arah kamera itu.

"Apa ada anggota Battlefront yang memiliki benda seperti ini?" Otonashi berkata pada dirinya sendiri.

Tangannya menekan tombol power dan sebuah foto langsung tampil di layar kamera.

"Aku harus mengembalikan kamera ini."

Otonashi memasukkan kamera itu kedalam sakunya lalu meninggalkan tempat itu. Tanpa menyadari bahwa kalimat yang baru dia ucapkan adalah hal yang mustahil.

***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
 
[Angel Beats] My Song
Back to top 
Page 1 of 1

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Indonesian Authors :: Stories :: Fan Fiction-
Jump to: