Indonesian Authors
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.

Indonesian Authors

Komunitas Story Writer Indonesia
 
HomePortalLatest imagesSearchRegisterLog in

 

 [LN] Everlasting Arms - Episode 1

Go down 
AuthorMessage
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 7:59 am

karena sepertinya masih sepi, post story lama aja deh siul

ini Arc ke-7 dari 13 Arc. ditulis sekitar tahun 2006. jadi maaf saja kalau ceritanya rada kacau :P

world concept bisa di lihat di sini

total sebenarnya ada 13 chapter. tapi wa ga bisa dapetin chapter 12 nya. so please bear with it :P

Daftar isi:


enjoy Smile


Last edited by eve on Thu Sep 02, 2010 8:16 am; edited 3 times in total
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 7:59 am

PROLOGUE


Tahun 3491.

Perang Dunia III, peristiwa paling kelam dalam sejarah umat manusia. Peristiwa yang berujung kepada sebuah perang yang tanpa akhir.

Diawali saat Alliance menyerang Union. Terjadilah pertempuran panjang selama 12 tahun. Jutaan korban berjatuhan demi mempertahankan harga diri dan melindungi keluarga. Namun pada akhirnya Alliance berhasil menguasai wilayah Union lewat pertempuran terbesar, Battle of Northdam. Dengan menggunakan bom fusi , Northdam hancur dalam sekejap. Pusat pemerintahan Union itu hancur, rata dengan tanah.

Setelah pertempuran itu, Union terpaksa meninggalkan Bumi dan hidup dalam satelit-satelit koloni yang disebut Trek.

Tahun 3593.

Battle of Northdam ternyata membawa bencana baru, kedatangan bangsa Aconite Empire dari Galaksi Hyogra. Hal itu diakibatkan oleh pancaran energi yang dihasilkan bom fusi ditangkap oleh Aconite Scout. Aconite Empire berniat menguasai kandungan minyak mentah. Manusia sendiri telah lama tidak menggunakan bahan bakar fosil karena dianggap terlalu mencemari Bumi. Kedatangan Aconite Empire memicu perang lain. Rasa persaudaraan timbul di antara Alliance dan Union. Alliance dan Union bergabung menjadi Stars Union.

Pada awalnya, Stars Union dapat menahan invasi Aconite Empire. Tapi begitu pasukan terkuat Aconite Empire datang, Stars Union dapat dikalahkan dengan mudah. Akhirnya, Stars Union hanya dapat pergi meninggalkan Bumi. Bumipun dieksploitasi habis-habisan oleh Aconite Empire . Stars Union terpaksa menjelajah dari galaksi satu ke galaksi yang lain demi mencari tempat baru.

Tahun 3599.

Setelah berkelana selama enam tahun, akhirnya Stars Union tiba pada Galaksi Vena di mana mereka menemukan planet yang sangat mirip dengan Bumi. Stars Union kembali terbelah menjadi dua. Sebagian dari mereka ingin meneruskan penjelajahan dan meneliti, mereka menamakan diri sebagai Ranger. Sebagian lagi telah merasa lelah dan ingin menetap di planet yang mereka beri nama Terra itu. Mereka menamakan diri sebagai New Stars Union.

Ternyata, Planet Terra dihuni oleh humanoid bernama Terran. Teknologi New Stars Union yang sebagian besar didapatkan dari Aconite, memang menang jauh dari teknologi Terran. Akan tetapi, bangsa Terran memiliki sumber tenaga hebat yang mereka sebut Ruth Core atau lebih sering disebut RC. Terran yang pernah diserang oleh Aconite, mengira New Stars Union adalah Aconite. Pertempuran kembali pecah.

Tahun 3503.

Aconite Empire yang telah lama mengincar Ruth Core, sumber energi berupa kristal yang memancarkan cahaya, setelah mengekploitasi Bumi berangkat ke Planet Terra. Dimulailah pertempuran antara ketiga ras tersebut.Diawali dengan penyerangan Aconite Empire ke Planet Terra. Terran yang diserang balas menyerang, namun serangan tersebut dipantulkan hingga mengenai salah satu koloni New Stars Union bernama Heater. Peristiwa tersebut dinamai Bloody Heater. Terjadi pada 14 Februari 3503.

***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:01 am

Chapter I: Beyond The Stars

3 April 3506. Kapal Induk Aquatids

“Sial!!!”

Eko memaki-maki sambil membanting helmnya. Matanya menatap ganas seolah ingin menelan apa saja yang ada di depannya.

“Ada apa sih?”

Eko berbalik. Dilihatnya Syarif melompat turun dari MFU-nya.

“Bisa-bisanya kamu bertanya ada apa!!! Skull Skuadron baru saja dilumat habis oleh Aconite brengsek itu! Sial!” Eko menjawab pertanyaan Syarif dengan kesal.

“Hah…? Kok aku gak tahu?”

“Itu karena kamu bodoh.”

“Apa!!!!”

“LETNAN EKO DAN LETNAN SYARIF AGAR SEGERA KE RUANG KENDALI.” Terdengar suara dari interphone di dada mereka.

Suara interphone menghentikan perdebatan mereka.

Dengan kesal Eko menaiki elevator ke anjungan bersama Syarif. Begitu tiba di ruang kendali, Eko dan Syarif menghormat pada komandan pesawat Aquatids, Laksamana Adiguna.

“Letnan Eko melapor.”

“Letnan Syarif melapor.”

“Ah… tidak usah seformal itu.”

“Siap komandan!”

“Bagaimana status garis depan?”

“Kita kehilangan Skull Skuadron komandan.”

“Apa!!? Bukankah ada Letnan Trisno di Skuadron itu?”

“Mereka diserang Destroyer saat sedang menghadapi Terran.”

“Hmmm.” Laksamana Adiguna menghela nafas. "Perang seperti ini memang sulit."

Laksaman Adiguna menatap keluar ruang kendali. Pikirannya terus menerawang ke masa ketika perang belum terjadi.

“Semoga pengorbanan mereka tidak sia-sia.” Kata Laksamana Adiguna lirih.

“Ya komandan.”

“Kalian berdua, istirahatlah lalu bersiap kembali ke pos.”

“Siap!!!”

Mereka menghormat lalu melangkah keluar dari tempat itu.

***
Level 5 kapal Aquatids.

Eko membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pakaian tempurnya dia biarkan melayang-layang dalam ruangan tanpa gravitasi. Matanya terpejam sambil terus mendengarkan musik dari sudut kamarnya.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Syarif melayang masuk sambil membawa makanan ringan di tangannya. Tanpa diperintah, dia memasukkan pakaian tempur Eko ke lemari yang tertanam di dinding.

“Aku tahu kalau Skull Leader itu teman baikmu.” Kata Syarif begitu selesai merapikan kamar kecil itu.

“Dia juga sahabatmu waktu di akademi bukan?”

“Ya, dia memang orang baik.”

“Jadi?”

“Aku hanya ingin tahu kejadian rincinya.”

“Kejadian rinci apaan! Semua anggota Skull Skuadron dihancurkan tanpa sisa. Semuanya! Padahal mereka adalah 21 fighter pilihan dari akademi!”

“Gak usah marah dong.” Syarif menyodorkan makanan ringan namun langsung ditolak Eko.

“Siapa yang gak marah kalau melihat sahabatnya di bantai!”

“Hmmmm. Sudahlah, ayo kita ke Mess Hall. Lapar nih.”

“Cih.”

“Sudahlah. Gak ada gunanya kalau kamu terus menggerutu di tempat ini.” Kata Syarif menarik tangan Eko keluar kamar itu.

***

Mess Hall

Musik lembut mengalun dari sudut mess hall. Eko duduk di depan Syarif yang makan dengan rakus. Eko sendiri sama sekali tidak menyentuh makanannya.

Syarif menyadari betul bahwa saat ini Eko sedang dalam puncak amarahnya. jadi, Syarif bersikap seolah tidak perduli.

Dari arah pintu salah satu anggota Tyrano Skuadron masuk. Jessie, gadis berambut merah dan salah satu fighter handal Tyrano Skuadron.

Jessie yang juga menyadari kalau leader skuadronnya sedang dalam mood jelek juga tidak berani menegurnya. Jessie langsung duduk di samping Syarif dan memesan makanan.

"Jadi bagaimana?" Syarif mencoba membuka pembicaraan dengan mulut penuh.

"Bagaimana apanya?" Jessie yang sama sekali tidak mengerti dengan maksud Syarif bertanya heran.

"Apa kamu tidak mau menghibur kapten kita yang sedang dirundung malang itu?" Goda Syarif.

"Ehm..." Jessie terpekur agar lama.

Jessie dalam hati juga ingin menghibur Eko. Tapi melihat keadaan Eko sekrang, sepertinya tidak ada yang bisa menghiburnya.

"Jessie..." Syarif berbisik pelan. "Aku ada usul."

"Usul apa?" Jessie menjawab dengan ikut berbisik.

"Suaramu kan bagus, menyanyilah untuk Eko."

"Tapi..."

"Sudahlah, coba saja."

Jessie berjalan pelan ke sudut Mess Hal. Lalu diraihnya microphone dan musik lembut kembali mengalun. Jessie menarik nafas panjang, dari bibirnya yang merah, mengalunlah melodi indah.

"Rain... In the rain the day before,

and the day before that

Suddenly,

love Breaks in front of me

The battle continues for the sake of pride

No time to cry



And when i'm dreaming

I dream of you

Maybe, some day you'll come true



Even though I don't understand, now I must run

No time to cry

Just to become strong



And when i'm dreaming

I dream of you

Maybe, some day I'll come to you



***




Last edited by eve on Thu Sep 02, 2010 8:06 am; edited 1 time in total
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:02 am

Chapter 2: Ranger





12.00 PM-4 April 3506. Dock 2



“KODE MERAH. TYRANO SKUADRON HARAP SEGERA KE DOCK 3.”



Suara alarm memekakkan telinga semua orang di kapal Aquatids. Eko dan Skuadronnya meloncat naik ke MFU masing-masing dan bersiap untuk berangkat. Begitu pintu Dock 2 terbuka, mereka langsung melesat cepat.



Eko sedang mengatur senjata saat layar di depannya berkedip dan gambar Syarif muncul di sana.



“Eko, ada apa ini?”



“Mana aku tahu.”



Lalu gambar lain muncul di layar. Kali ini gambar Laksamana Adiguna yang muncul.



“Oke, akan kujelaskan misi kali ini. Intel kita baru saja menemukan sebuah MFU dengan bendera Ranger.”



“MFU dengan bendera Ranger?”



“Ya. Misi kalian kali ini adalah membawa MFU itu ke Aquatids dengan selamat.”



“Tapi komandan, kenapa bukan intel yang menemukannya yang membawanya.”



“Sayangnya, ketika mereka kembali mereka dihadang oleh Aconite Destroyer .”



“Lalu?”



"Kami kehilangan kontak dengan mereka lima menit yang lalu."



"Mungkinkah..."



“Ya, kemungkinan mereka semua telah gugur." Laksamana Adiguna dengan cepat menambahkan "Tapi, dari kontak terakhir, sepertinya sempat menyembunyikan MFU itu di sektor Quadrantids. Ada pertanyaan?”



“Tidak ada pak!”



“Bagus. Berangkat! Dan semoga berhasil Letnan.”



“Siap pak!”



Gambar Laksamana Adiguna menghilang dari layar. Eko menekan beberapa tombol di depannya lalu memberi Perintah.



“Tyrano Skuad, bersiap melakukan warp dalam aba-aba ku.”



“Siap!”



“3-2-1” Eko mendorong tuas di sampingnya lalu dalam sekejab mereka telah menjauh dari Aquatids. Bintang-bintang di sekeliling terlihat memanjang. Begitu pula dengan MFU Skuadron yang dia pimpin.



Beberapa saat kemudian, mereka keluar dari warp . Eko kembali menarik tuas di sampingnya lalu mengontak anggota Skuadronnya.



“Tyrano Skuad! Rincian misi tadi telah dijelaskan oleh Komandan. Sekarang akan aku jelaskan rencana penyelamatannya.”



“Siap!”



“Skuadron kita bagi dua grup. Grup A ikut denganku mengamankan target sedangkan Grup B melindungi Grup A kalau-kalau ada Aconite Destroyer. Tyrano 1 sampai 5 ikut denganku. Tyrano 6 sampai 20 lindungi kami. Mengerti!”



“Siap!”



Lalu Skuadron MFU itu terbagi dua bersiap melaksanakan misi penyelamatan. MFU Eko meliuk-liuk melewati sabuk asteroid sektor Quadrantids. Tangannya dengan lincah memainkan kemudi MFU. Begitu tiba di tempat yang dituju, diluar orbit Planet Vega dia memerintahkan anak buahnya untuk berhenti.



“Syarif, Tony dan Alex, periksa bagian kanan!” perintahnya dingin.



“Siap kapten!”



“Dewa dan Seto, ikut aku!”



“Siap!”



Grup A kembali berpencar mencari-cari MFU itu. MFU Syarif berputar-putar di bulan Planet Vega. Eko mencari di antara kumpulan asteroid. Tiba-tiba Syarif mengontaknya.



“Eko, aku menemukannya!”



“Bagus. Grup A Tyrano Skuad, berkumpul segera!”



“Siap!!!”



Dalam sekejap, seluruh Grup A Tyrano Skuadron telah berkumpul. Di hadapan mereka ada sebuah MFU berwarna putih. Modelnya agak aneh dan berbeda dengan MFU yang mereka kendarai. MFU itu tidak memiliki pendorong roket. Bentuknya mirip segitiga dengan dua buah Ekor dan tiga buah kokpit. Senjatanya pun minim. Hanya ada sepasang di kokpit 2 dan 3. Di badan pesawat itu terpampang lambang Ranger.



“Jadi ini MFU-nya?”



“Tidak mirip MFU.”



“Iya. Baru kali ini aku lihat MFU seperti ini.”



“Sudahlah. Syarif, Tarik benda itu lalu kita pergi dari sini!”



“Oke bos.”



MFU Syarif mengeluarkan Gyronet dan melekatkannya pada MFU yang baru saja dia temukan. Tiba-tiba layar pada MFU Eko berkedip dan gambar salah seorang fighternya muncul.



“Lapor Kapten! Ada Aconite Destroyer!”



“Apa! Laporkan status kalian!”



“Kami sedang berada di sektor K34GR42. Musuh diperkirakan berjumlah 30 unit." gambar di layar komunikasi bergoncang beberapa saat. "Akhhhhh… mereka baru saja menembakkan Beam Cannon . Meminta izin untuk balas menyerang.”



“Izin diberikan. Cobalah bertahan sampai kami tiba ke sana!”



“Siap Kapten!”



“Tyrano Skuad! Berkumpul di sektor K34GR42 dan hancurkan unit musuh. Laksanakan!”



“Kapten, bagaimana dengan MFU ini?”



“Bawa saja.”



“Siap!!!”



Dengan kecepatan dahsyat, Tyrano Skuadron melesat di kekelaman antariksa meninggalkan goresan cahaya perak dan lenyap tak berbekas. Sunyi senyap dalam tiap MFU. Mereka sibuk dengan Pikiran masing-masing. Dan tentunya mereka berharap bisa pulang dengan selamat.



Kemudian terdengar lagu dengan nada cepat, yang dimainkan dari MFU Syarif.



“Ahhh… Syarif, jangan berisik. Matikan lagu itu!” Bentak Eko.



“Maaf, aku tidak bisa dengar kapten.” Syarif tertawa usil.



Tak lama kemudian mereka tiba di lokasi pertempuran. 10 MFU anak buahnya sedang bertempur melawan 20 unit Aconite Destroyer. Tanpa basa-basi, mereka langsung ikut terjun dalam pertempuran.



“Jessie, Laporkan status!”



“Kita kehilangan 5 fighter. Musuh 20 Aconite Destroyer. Kapten, kita jelas kalah jumlah”



“Sial!!!”



“Jadi apa yang harus kita lakukan kapten?”



“Kita mundur. Tyrano Skuad Mundur!”



“Siap!”



Ke 16 MFU Tyrano Skuadron membentuk formasi v dengan Eko di bagian ujung dan Syarif di bagian tengah. Mereka bersiap melakukan warp ketika bagian belakang formasi kembali di serang.



“Lapor kapten, ada bala bantuan Aconite. Perkiraan jumlah 20 unit.”



“Apa!!! Sial!!! Kenapa mereka ngotot ingin mendapatkan MFU ini.”



“Jadi bagaimana kapten!?”



“Bersiap-siap untuk menghindar. Ubah formasi menjadi dua dan bersiap melakukan warp begitu ada kesempatan!”



Eko mengemudikan MFU-nya keluar formasi. Tangannya menekan beberapa tombol lalu pada layar pembidik terlihat beberapa unit Aconite Destroyer. Dengan sekali tekan, MFU-nya melontarkan senjata terhebat Stars Shyncro Cannon. Semua Aconite Destroyer yang dia bidik hancur dalam sekejap.



“Kapten, kami siap melakukan warp.”



“Bagus. Segera pergi dari tempat ini!”



“Siap!”



MFU itu mulai memasuki medan warp ketika Beam Cannon menghancurkan mereka. Separuh Tyrano Skuadron hancur dalam sekali tembakan.



“Jessie! Jessie! Ada apa? Jawab!”



“Ugh…”



“Jessie laporkan statusmu!”



“Roket pendorong kanan hancur total. Aku tidak akan bisa melakukan warp kapten.”



“Bagaimana dengan yang lain?”



“Tidak kelihatan di radar kapten. Kyaaa!!!” Sebuah tembakan dari Aconite Destroyer kembali mengenai MFU Jessie.



“Sersan! Sersan! Kamu tidak apa-apa?”



“Tidak apa-apa kapten tapi sekarang MFU ini sudah jadi sampah luar angkasa.”



“Sudah! Cepat keluar dari MFU itu!” Perintahnya. Dia lalu mengontak Syarif. “Syarif, ambil Sersan Jessie dan Skuadron atau setidaknya yang tersisa dari Tyrano Skuad lalu pergi dari sini. Aku akan menahan mereka.”



“Tapi kapten…”



“Sudah jangan membantah! Ini Perintah!”



“Bagaimana dengan MFU ini?”



“Tak akan kubiarkan jatuh ke tangan mereka.”



Syarif menarik tuas di sampingnya lalu Gyronet terlepas dari MFU yang mereka perebutkan itu lalu dia mengarahkan MFU-nya untuk bergabung dengan Jessie. Tyrano Skuad yang masih tersisa kembali berusaha memasuki medan warp. Tapi usaha mereka kembali digagalkan oleh Beam Cannon Aconite Destroyer. Dan sepertinya, pasukan Aconite sama sekali tidak membiarkan mereka kembali hidup-hidup.



“Syarif, status!”



“Hancur total. Salah satu roket pendorongku tidak bekerja. Lagi-lagi kita kehilangan fighter. Eko, kita tidak akan keluar dari tempat ini hidup-hidup.”



“Sialan!!!”



“Mungkin kami bisa membantu.”



Di tengah keputusasaan itu, tiba-tiba Eko mendapat kontak dari MFU berbendera Ranger itu.



“Hah!!!”



Belum sempat mereka memberi komentar, MFU itu memancarkan cahaya kuning dan membuat warp barrier. Dalam sekejap mereka pun menghilang meninggalkan arena pertempuran.



***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:06 am

Chapter 3: Mobile Armory Unit





Dock 2




“TYRANO SKUADRON, SILAKAN MENDARAT DI DOCK 2.”


Eko mendaratkan MFU-nya sambil terus mengamati MFU misterius itu. Begitu mendarat, dia langsung meloncat keluar dari MFU-nya dan mencari-cari anggota Skuadronnya yang tersisa.


“Syarif, laporkan status!”


“Kamu gak akan dengan keadaan kita.”


“Sudah jangan banyak komentar!”


“Sabar dong.”


“Sudahlah, Laporkan status!”


“Dari 21 MFU yang berangkat, hanya 5 yang kembali. Kita kalah telak kapten.”


“Sial!”


“Bagaimana dengan MFU aneh itu?” Tanya Jessie.


“Ini bukan MFU aneh!” Terdengar sebuah suara dari MFU itu. “Ini di sebut MAU (Mobile Armory Unit. Pesawat yang digunakan untuk mendukung satuan tempur). Bukan untuk bertempur.” Orang itu melompat turun dari MAU dan berjalan ke arah Eko.


“Perkenalkan. Kolonel Adam, Leader dari Armada 13 Ranger(Armada = Satuan tempur yang berada di atas skuadron. Satu armada terdiri dari 5 skuadron).”


Mendengar bahwa orang di hadapannya berpangkat lebih tinggi, Eko memberi hormat dan memperkenalkan diri.


“Letnan Eko D. Fabeno. Tyrano Leader.”


“Letnan Syarif Lockhart. Tyrano Subleader.”


“Sersan Jessie Oxford. Tyrano Fighter.”


“Senang berkenalan dengan kalian.”


“Ehm, maaf Kolonel tapi… siapa itu?” Tanya Syarif sambil menunjuk seorang gadis yang bersembunyi ketakutan di balik Adam.


“Oh, dia Aura. Sedangkan yang masih dalam MAU namanya Flux.” Dia berbalik lalu memanggil Flux. Seorang gadis lain turun dari MAU. Gerakannya terlihat kaku dan matanya menatap kosong. Tangan kanannya terlihat luka dan beberapa kabel menyembul dari luka itu.


“Aconite!”


Dengan sigap Eko mengeluarkan sebuah Shockgun (Senjata standar fighter New Stars Union. Fungsi dan bentuknya mirip dengan pistol) dari pinggangnya dan menembak Flux.


“Jangan!” Adam melompat menendang Shockgun Eko. Eko menangkap tangan Adam dan menekuknya ke belakang sementara tangan kirinya mengeluarkan Shockgun lain dan menodong Adam.


“Setengah Skuadronku hancur untuk menyelamatkan seorang pembelot!!!” Eko berteriak penuh amarah.wajahnya memerah.


“Eko! Berhenti! Jangan sampai kamu dijatuhi hukuman.”


“Dia membawa Aconite ke dalam Aquatids.” Eko berkata dengan nada berapi-api. “Memangnya kamu pikir kenapa ada banyak sekali Destroyer di tempat itu, hah?”


“Sudahlah Letnan. Kita dengar penjelasannya dulu.” Dari pintu Dock 2 Laksamana Adiguna muncul.


“Komandan.” Eko memungut Shockgun-nya dan memasukkannya kembali kepinggangnya.


“Aku harap seorang Leader Armada punya jawaban yang bagus tentang hal ini.”


“M…m…maaf, ta…ta…tapi… bo…boleh a…aku ke..ke..kembali ke pe…sawat?” Tanya Aura gugup.


“Ya sudah. Flux temani Aura!” Perintah Adam. Flux mengangguk lalu mengikuti Aura yang berlari ketakutan.


“Nah, sampai dimana kita tadi?”


“Alasan. Kenapa seorang Ranger bisa berada di zona tempur? Bukankah kalian sudah lama pergi?”


“Hmmm. Ceritanya panjang.”


“Sudah Jelaskan saja!!!” bentak Eko dengan nada tinggi.


“Eko! Bagaimanapun dia itu atasanmu.”


“Maaf komandan.”


“Baiklah, ringkasnya begini. Kami dari Ranger berniat untuk mencari planet baru untuk ditempati. Tapi, suatu hari kami dari Armada 13 dihadang oleh pasukan Aconite. Saat masih sempat, kami melakukan emergency warp (Warp darurat yang dilakukan tanpa perhitungan arah tujuan). Dan aku terdampar di sektor Quadrantids. Karena sumber tenaga kami tertembak, akhirnya kami melakukan hibernasi (Tidur panjang yang digunakan dalam perjalanan jauh antar galaksi. Berguna untuk mengurangi penggunaan energi dan mencegah agar tidak terkena penyakit) sambil menunggu energi terisi penuh. Saat energi kami penuh, yang terlihat adalah kalian yang sedang bertempur.”


“Apa yang terjadi dengan anggota Armada 13 yang lain?”


“Tidak tahu. Tapi sepertinya mereka berhasil kembali ke Pangkalan Alice. Soalnya emergency warp terbaru dirancang untuk menuju tempat itu.”


“Lalu kenapa Aconite begitu ngotot untuk mendapatkan MAU itu.”


“Mungkin karena sumber energi yang kami gunakan.”


“Sumber energi?”


“Ya.” Adam berbalik. “Flux, tunjukkan pada mereka!”


Flux memproyeksi gambar dari matanya lalu muncullah gambar hologram di hadapan mereka. Gambar tersebut berisi data tentang spesifikasi sumber energi MAU itu.


“Lihat saja.” Adam memulai penjelasannya. “Kami, menggunakan RC untuk memperoleh tenaga yang setara dengan 20 bom fusi. Tapi tenaga itu baru saja habis terkuras karena membuat medan warp besar untuk kabur dari sektor Quadrantids.”


“Oh. Bagaimana Eko? Masih tidak percaya dengan mereka.”


“Baiklah, aku agak percaya dengan dia tapi tidak dengan Aconite itu.”


“Ya sudah. Itu saja sudah cukup.”


“Apa yang akan kamu lakukan selanjutnya Kolonel?” Tanya Jessie penasaran.


“Aku berniat untuk bertemu dengan pemimpin bangsa Terran untuk membicarakan kemungkinan perdamaian dan hidup berdampingan di planet baru yang kami temukan.”


“Eh, mendarat di Terran sama saja dengan bunuh diri. MFU yang bisa mendarat di planet Terran hanyalah MFU yang sudah mereka hancurkan.”


“Ha…ha…ha… kita coba saja.”


“Sudahlah, lebih baik kalian istirahat dulu.”


“Terima kasih Laksamana.”


“Ayo kita ke Mess Hall. Kolonel silakan.” Jessie berkata sambil menunjukkan jalan menuju Mess Hall.


***


Mess Hall




Suara musik mengalun dari atas panggung di sudut Mess Hall. Eko, Syarif, Adam, dan Jessie mengambil minuman lalu duduk di meja dekat panggung.


“Jadi, Kolonel sudah bertempur berapa lama?”


“Cukup lama.”


“Aku punya kakak di Ranger. Namanya James Oxford. Barangkali kolonel kenal.”


“James Oxford? Hmmm…" Adam berusaha mengingat-ingat orang yang dikenalnya. "Ah aku tahu dia. Dia ada di kapal Palaseids bersama Laksamana Greyback.”


“Apa dia baik-baik saja.”


“Hmmm.” Adam tertunduk.


“Ada apa kolonel.”


“Sayang sekali. Tapi, Kapal Induk Aconite menghancurkan mereka beberapa bulan yang lalu.”


“Oh…………..” Jessie terpekur lama mengenangkan kembali kakaknya.


Adam meneguk minuman di depannya lalu merenung lama. Musik lambat masuk ke telinganya namun tak dia perhatikan.


“Oh iya kolonel. Sudah berapa Terran yang anda hancurkan.”


“Ah…” Adam terdiam. Tiba-tiba sebuah tangan halus memegang pundaknya dengan gemetaran. Aura.


“Kolonel… aku takut…”


“Ah Aura. Ayo duduk dan minum dengan kami.” Ajak Syarif.


“Ko…kolonel… bisa ki...kita pergi dari si..sini…”


“Ya sudah. Maaf teman-teman. Aku harus pergi.”


“Biar aku antar ke kamar anda kolonel.”


“Terima kasih.”


Adam, Aura, dan Jessie berjalan keluar dari Mess Hall. Jessie terus memperhatikan tingkah laku Aura yang aneh. Setiap kali berpapasan dengan orang lain, Aura langsung bersembunyi di belakang Adam. Seolah-olah dia takut dengan semua orang.


“Ini kamar anda kolonel.”


Mereka masuk ke sebuah kamar yang sedikit lebih luas dari kamar Eko. Ada sebuah tempat tidur di sudut ruangan. Sebuah sofa dan meja di sudut lainnya.


“Selamat beristirahat.”


“Terima kasih.”


***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:07 am

Chapter 4: Betrayal





Level 3 kapal Aquatids.



“Ada apa aura?”



Tanganku memeluk lembut Aura yang sedang gemetar ketakutan. Aku memang sudah menduga hal ini akan terjadi cepat atau lambat tapi tak kuduga akan secepat ini. Aura makin merapatkan tubuhnya padaku, mencoba menekan rasa takut yang menjalari tiap inchi tubuhnya. Tanganku mengusap rambut Aura dengan halus.



“Mereka semua menakutkan.” Aura berkata lirih.



“Siapa?”



“Semuanya.” Aura makin merapatkan tubuhnya. Bisa kurasakan bahwa saat ini dia sedang menangis. “Mereka semua dipenuhi hawa membunuh.”



“Kamu membaca Pikiran mereka semua?”



“Ma...maaf...”



“Sudahlah...Tidak apa-apa.”



Kali ini aku yang mendekap Aura erat. Mencoba menghilangkan rasa takut yang menyelimutinya.



“Tapi aku takut sekali.” Tangisan Aura mulai terdengar jelas. "Tidak bisakah kita pulang saja?"



“Sudahlah, tenang. Begitu energi MAU penuh kembali, kita langsung pulang ke Terra." Aku melepaskan dekapan Aura lalu menatap matanya yang digenangi air mata. "Bagaimana?"



Tangisan Aura terhenti, digantikan oleh senyuman manis. Aura lalu membaringkan tubuhnya dengan manja ke pangkuan Adam. Adam membalas senyuman manis Aura dengan belaian lembut.



"Aku sangat rindu planet Terra."



"Sebentar lagi kamu akan pulang bukan. Tenang saja."



“Apa!!! Dia ini seorang Terran!!” Suara Eko terdengar dari pintu kamar.” Eko mengeluarkan sebuah Shockgun dan menembakkannya ke arah Aura. Tapi Adam memeluk Aura di saat tepat dan menjadikan punggungnya sebagai tameng untuk Aura.



“Aura. Pergi dari sini!” Adam menekan sebuah tombol di ikat pinggang Aura lalu dalam sekejap mata Aura pun menghilang bersama cahaya kebiruan yang menyilaukan mata.



Sial! Ternyata kecurigaanku benar. Bukan hanya Aconite! Kau bahkan menjadikan Terran menjijikkan itu sebagai teman.”

Eko melepaskan sebuah tendangan keras sambil bersiap untuk melepaskan tembakan lain.



“Jangan pernah mengatakan istriku menjijikkan!”



Aku mencoba berdiri namun gagal. Lukanya terlalu parah. Untunglah dari arah pintu, muncul Syarif dan Jessie.



Melihat luka di tubuhku, Jessie refleks mengambil kotak p3k dan mengobati luka itu.



“Apa yang telah kamu lakukan Eko?”



“Orang ini penghianat. Perempuan itu seorang Terran.”



“Apa!”



“Ayo bawa penghianat ini ke ruang tahanan sebelum aku menembak kepalanya!”



***





Aconite Empire Headquarter





“Jadi bagaimana?”



“Gagal.”



“Apa langkah selanjutnya?”



“Kita biarkan mereka saling menghancurkan.”



“Bagaimana dengan mata-mata kita di kapal Aquatids.”



“Biarkan dia menjalankan tugasnya.”



“Rencana penyerangan Space Station manusia itu hampir memasuki tahap akhir.”



“Perintahkan pasukan kita untuk mencegat kapal itu di sektor srfi1548da5 lalu hancurkan mereka. Tapi jangan sampai melukai mata-mata kita.”



“Baik!”



“Sebentar lagi. Terra akan jatuh ke tangan kita.”



“Kemenangan ada di tangan Empire.”



“Kemenangan ada di tangan Empire.”




***







Moon Base Luna (pusat pemerintahan New Stars Union. Terletak di salah satu bulan planet Terra)





Adam duduk di tengah-tengah sebuah ruangan gelap. Hanya ada sebuah cahaya di atas kepalanya. Ruangan introgasi! Sudah 30 menit dia di interogasi lewat speaker di hadapannya. Luka tembakan di punggungnya memang sudah berhenti mengeluarkan darah. Tapi rasa sakit masih terus mendera. Dan yang lebih penting dia sangat menghawatirkan keadaan Aura. Saat ini dia pasti sedang ketakutan.



Di ruangan lain, Laksamana Adiguna sedang menatap monitor dengan gambar Adam bersama dengan Laksamana tertinggi New Stars Union.



“Jadi, maksudmu Terran bukanlah musuh.”



“Ya.”



“Kalau begitu kenapa mereka menyerang kita?”



“Itu karena mereka mengira kita sebagai Aconite.”



“Maksudmu, mereka hanya salah paham?”



“Huh… kalau seperti ini tidak akan ada habisnya. Akan kujelaskan secara singkat.”



“Silakan.”



“Aconite adalah musuh lama Terran. Aconite menginginkan RC untuk diri mereka sendiri. Terran mengira kita adalah Aconite karena kita menggunakan senjata yang mirip dengan mereka.”



“Begitu. Sepertinya kamu tahu banyak mengenai mereka.” Laksamana Tertinggi berkata setengah mencela.



“Lebih dari itu, sebentar lagi Aconite akan menjatuhkan salah satu Space Station kalian.”



“Hah. Tahu dari mana? Dari Aconite itu?”



“Aura.”



“Aura, maksudmu makhluk Terra itu.”



“Bisakah kalian berhenti mengunakan kata itu.” Bibir Adam bergetar tanda bahwa dia sedang menahan amrah. "Berhentilah berkata seolah-olah mereka lebih rendah dari kita!"



Laksamana Adiguna dan Laksamana Tertingi sedikit terkejut dengan reaksi Adam. Sejak intorgasi dimulai dia sangat bekerja sama dan menjawab semua pertanyaan tapi begitu Aura disinggung, sikapnya berubah 180 derajat.



"Memangnya apa hubunganmu dengan makhluk Terra itu Kolonel?" Laksamana tertinggi mencoba memancing amarah Adam.



Adam diam saja tapi bibirnya makin bergetar keras. Dia mengepalkan erat kedua tangannya sambil tertunduk dalam.



"Kolonel... Apa hubunganmu dengan makhluk..."



Pertanyaan Laksamana Tertinggi terpotong oleh suara dentuman kursi yang dilemparkan Adam ke arah kaca pengamat. Laksamana Tertinggi mundur bebrapa langkah karena kaget. Adam berjalan pelan ke arah kaca itu dengan mata penuh amarah.



"Aku mohon... Berhenti menghina istriku."



***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:08 am

Chapter 5: Trust





Ruang Introgasi





"Bagaimana menurutmu Laksamana?" Laksamana Tertinggi berkata pelan sambil mengawasi Adam dengan ekor matanya.



"Aku percaya padanya."



Laksamana Tertinggi terlihat sedikit terkejut dengan jawaban Laksamana Adiguna.



"Aku akan membawanya ke Aquatids." Laksamana Adiguna berjalan meninggalkan ruangan pengamat.



"Bagaimana kalau dia seorang mata-mata?"



"Maka aku dan seluruh kru Aquatids akan berada di alam baka." Laksamana Adiguna berkata santai. "Tapi kami akan membawa serta banyak Aconite bersama kami."



Laksamana tertinggi hanya bisa diam. Dia sudah paham betul sifat Laksamana Adiguna. Sekali dia mengambil keputusan, dia tidak akan pernah mengubahnya. Akhirnya yang dia bisa lakukan hanya menghela nafas panjang dan meninggalkan tempat itu.



***



"Tolonglah... Jika kamu kesini untuk menghina Aura, aku tidak akan segan-segan untuk menghabisimu Laksamana." Adam menyambut kedatangan Laksamana Adiguna dengan dingin.



“Seberapa jauh kamu percaya Terran itu kolonel?”



“Aku percaya dia dengan taruhan nyawaku.”



“Kenapa kamu begitu percaya pada Terran itu.”



“Kenapa aku harus tidak percaya padanya?”



Laksamana Adiguna terdiam sejenak. Lalu dia menatap Adam tajam lalu menghela nafas.



“Baiklah, kau ikut aku ke Aquatids!”



“Bagaimana dengan Aura?”



“Kalau kau bisa menemukannya, dia juga boleh ikut. Tapi kami telah mencari di seluruh kapal. Dia tak ada.”



Tiba-tiba ratusan bahkan ribuan cahaya kebiruan berkumpul di belakang Adam. Cahaya itu berkumpul membentuk sesosok tubuh. Aura. Laksamana Adiguna mundur beberapa langkah karena terkejut.



“Terima kasih.” Kata Aura sambil tersenyum manis. “Sudah kuduga anda ini orang baik.”



“Ah, tidak usah memuji seperti itu.” Wajah Laksamana Adiguna memerah karena malu. “Ayo kita ke Aquatids.”



Mereka bertiga kemudian berjalan menyusuri lorong-lorong Moon Base Luna. Dan seperti biasa, Aura bersembunyi di belakang Adam saat berpapasan dengan orang lain. Meski Aura tidak takut pada Laksamana Adiguna, dia tetap takut pada pasukan New Stars Union yang lain. Lagi pula, dia masih belum bisa mengandalikan kemampuan mind reader-nya dengan baik. Kadang dia membaca Pikiran orang lain meski dia tidak ingin. Itulah sebabnya sehingga dia selalu ketakutan.




***







Ruang Kendali Aquatids





“Bagaimana status Aquatids?” Tanya Laksamana Adiguna pada salah seorang staf pengendali.



“Semua tenaga dan senjata online. Kita siap berangkat kapan saja Komandan.”



“Oke, perintahkan semua fighter kita untuk bersiap. Panggil juga Tyrano Leader dan Rose Leader ke Ruang Kendali.”



“Siap!”



Tak lama kemudian Eko dan seorang gadis tiba di ruang kendali. Mereka mengenakan pakaian tempur lengkap. Begitu melihat Adam dan Aura, dia langsung mengeluarkan Shockgun dari pinggangnya dan bersiap menembak.



“Mau apa kamu di sini!!?” Bentak Eko.



Aura langsung bersembunyi di belakang Adam. Seluruh tubuhnya bergetar ketakutan.



‘Akan ku bunuh mereka berdua ditempat ini. Terutama Terran brengsek itu. Beraninya Terran datang ke kapal ini. Akan kuhancurkan dia dan kucabik-cabik demi anggota Skuadronku yang gugur gara-gara dia.’



Aura makin takut setelah membaca Pikiran Eko.



“Sudahlah Letnan Eko.” Gadis yang datang bersamanya membuka helm dan berusaha menenangkan Eko. Dia adalah Rose Leader, Kapten Dian. Wajahnya cantik dengan rambut pendek berwarna ungu. “Lebih baik kita konsentrasi pada misi yang akan kita hadapi.”



“Betul juga.” Eko menyarungkan Shockgunnya lalu menatap Laksamana Adiguna.



“Ada apa Komandan?”



“Hmmm. Setelah menimbang-nimbang, aku memutuskan untuk menyatukan Tyrano Skuadron dengan Rose Skuadron. Bagaimana?”



“Hah!!?” Eko terlihat terkejut.



“Kalau itu keputusan Komandan, akan aku laksanakan.” Kapten Dian memberikan reaksi berbeda 180 derajat dengan Eko.



"Tapi kenapa skuadron kami harus digabungkan?" Eko mulai protes.



"Karena jumlah angota kalian terlalu sedikit untuk dua skuadron." Laksamana Adiguna yang sudah menduga pertanyaan itu mengeluarkan jawabab terbaiknya. Guratan tidak puas terpancar di mata Eko.



“Baiklah, Tim baru ini akan dipimpin oleh Kapten Dian.”



“Siap!”



“Misi kalian adalah melindungi Aquatids sampai ada Perintah selanjutnya. Sekarang, segera ke MFU masing-masing! Laksanakan!”



“Siap!”




***






Dock 2







Syarif melayang-layang di tempat perbaikan MFU Dock 2. Merasa bosan, dia mulai bernyanyi-nyanyi kecil. Matanya terus memperhatikan MAU milik Adam. Tatapannya tidak pernah lepas dari Kokpit 3. Bukan! Mungkin lebih tepat kalau dibilang dia terus memperhatikan Flux.



Dia berniat menyapa Flux ketika Eko dan Dian muncul. Dia dan Jessie langsung menghampiri Eko.



“Ada apa kapten?” Tanya Jessie.



“Mulai sekarang, Tyrano Skuadron digabungkan dengan Rose Skuadron. Sekarang dia kapten kita.” Kata Eko sambil menunjuk Dian.



“Heh!!!? Tapi, aku tidak mau memakai lambang mawar jelek itu.”Syarif cemberut. “Lebih keren lambang kita yang sekarang.” Protes Syarif.



“Apa!!? Enak saja kamu bilang lambang Skuadron-ku jelek. Memangnya siapa yang memberi perintah di sini?.” Dian menatap Syarif tajam.



“Bu..bukan begitu Bu…”



“Jangan panggil aku ‘Bu’! Aku bukan ibumu.”



“Maaf Nyonya, eh... maksudku Kapten.”



“Letnan Eko!” Dian berbalik ke arah Eko. “Inilah akibatnya kalau kamu terlalu memanjakan fightermu.”



“Jangan begitu dong Kapten Sayang.” Sebuah suara lain terdengar dari gerbang 3. Beberapa fighter yang mengenakan lambang Rose Skuadron masuk.



“Ada apa lagi? Kamu juga mau protes?”



“Bukan begitu Sayang…”



“Heh, kurang ajar pada atasan itu sama dengan penghianatan.” Dian berteriak seolah marah.



“Oh, maafkan kelancanganku Kapten Sayang. Wakakakakak.”



"Sepertinya kamu sendiri terlalu memanjakan fighter-mu." Eko berkata dengan agak menyebalkan. “Apa itu?” Tanya Eko sambil menunjuk fighter yang baru tiba itu.



“’Apa itu?’, Mestinya kamu bilang ‘Siapa itu?’.” Orang itu memperkenalkan diri. “Letnan Kasmir. Subleader Rose Skuadron.” Katanya sambil menghormat.



“Sersan Adhy. Rose Skuadron Fighter.” Orang disampingnya ikut memperkenalkan diri.



“Sersan Akmal.Rose Skuadron Fighter.”



“Sersan John. Rose Skuadron Fighter.”



“Sersan Slay. Rose Skuadron Fighter.”



“Sersan Slay? Kamu fighter hebat yang menghadapi 10 Aconite Destroyer sendirian bukan?” Tanya Jessie dengan muka heran.



“Bisa dibilang begitu.”



“Jadi kapten, lebih baik kita turuti kemauan mereka. Kapten kan jadi Leader. Paling tidak biarkan mereka menggunakan nama Skuadron mereka.”



“Huh… Baiklah, kalau itu mau kalian terserah.” Dian mengalah.



“Asyik. Akhirnya aku bisa pakai lambang Tyrano. Keren!” teriak Kasmir kegirangan.



“Jadi, selama ini kamu tidak suka dengan rambang Rose Skuadron!!?” dahi Dian sedikit mengkerut.



“Bu…bukan begitu Kapten…” Kasmir kelabakan karena perkataan Dian tepat sasaran.



“KODE MERAH…KODE MERAH… KODE MERAH… SEMUA PASUKAN HARAP SIAGA DI POSISI MASING-MASING. SEMUA FIGHTER SEGERA KE MFU MASING-MASING. TIBA KE ZONA TEMPUR DALAM 50 DETIK…”



Suara alarm menghentikan mereka. Dengan sigap mereka semua naik ke MFU masing-masing. Bersiap untuk menghadapi pertarungan yang mungkin akan menentukan masa depan mereka dan ketiga ras yang sedang bertempur.




***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:08 am

Chapter 6: New Tyrano Skuadron





Semua anggota Tyrano Skuadron telah duduk di belakang tangkai kemudi MFU masing-masing. Mata Syarif terpaku sesaat pada kokpit 3 MAU. Pada Flux.



Suara animasi komputer MFU mulai menghitung mundur dengan suara halus. Semua menunggu dengan berdebar-debar.



“…LIMA…EMPAT…TIGA…DUA… SATU… BERANGKAT!”



MFU Tyrano Skuadron langsung meluncur dengan cepat. Keluar dari dock 2 dengan formasi v.



“Kapten, apa perintahmu?” terdengar suara Eko dari alat komunikasi.



“Pertahankan formasi. Tunggu aba-aba selanjutnya dariku.” Lalu dia mengontak Aquatids. “Tyrano Leader ke Aquatids. Apa perintah anda komandan?”



“Tunggu sebentar. Kami sedang mencoba menghubungi Celestial.”



“Tyrano Skuad, tahan posisi kalian. Tetap dalam perisai Aquatids.”



“Siap!”



***



"Kapten! Ada terlalu banyak Aconite di sini!" Kasmir berteriak keras pada alat komunikasi.



Kapten Dian berpikit keras mencari jalan keluar sambil terus menembaki pesawat musuh. Sudut matanya memperhatikan titik-titik merah di radar.



"Sial! mereka terlalu banyak!" Kasmir sekali lagi berteriak.



"Slay! Laporkan status!" Perintah Dian sambil menarik tuas kendali menghidari tembakan.



"Rose Skuadron masih memiliki 8 fighter. Delta Skuadron tersisa 6 fighter. Tiger dan Wolf Skuadron hancur total. Perkiraan jumlah musuh 34 unit." Slay menjawab dingin seolah keadaan terjeit seperti itu sudah biasa baginya dan memang keadaan seperti itu susah sering dia lewati.



"Lebih baik kau hitung lagi Slay!" Kasmir kembali berteriak dan teriakan-teriakannya mulai membuat Dian kesal. "Mereka kedatangan bala bantuan... Aku bendi keadaan seperti ini"



Benar apa yang dikatakan Kasmir. Titik-titik merah di radar bertambah menjadi 50 buah. Kapten Dian menggigit bibirnya. Tidak dia sangka akan begitu banyak Aconite yang menghalangi mereka.



"Bagaimanapun 'paket' ini harus sampai di Luna!" Kapten Dian berpikir sejenak. "Akmal! Siapkan PSI Cannon. Yang lain lindungi Akmal!"



"PSI cannon tidak akan cukup untuk menghancurkan mereka semua kapten." Protes Leader Delta Skuad .



"Siapa yang menyuruh untuk menghancurkan mereka! Tembak barisan paling belakang lalu maju dengan kecepatan penuh!"



"Itu gila!"



"Hahahahaha..." Kasmir tertawa terbahak-bahak. "Kau harus lebih sering turun dengan kapten sayangku jika ingin mengatakan dia gila. Itupun jika kamu bisa tahan."



"Berhenti memanggilku seperti itu Kasmir! Fokus pada misi!" Dian menyiagakan semua senjata. "Tembakkan semua senjata saat mereka menghindari PSI cannon lalu maju dengan kecepatan penuh! Delta Skuadron, bersiap untuk masuk kedalam kecepatan cahaya! 'Paket' itu harus tiba di Luna!"



"Kalian bisa mengandalkan kami!"



"Semua bersiap!" Dian menarik nafas panjang. "Tembak!!!"



***



Suara musik keras menyadarkan Dian dari lamunan singkatnya. Dia kembali memusatkan pikirannya.



"Apa yang aku pikirkan! Sekarang sedang ada misi!" Maki dian dalam hati pada dirinya sendiri.



Dian mengalihkan pandangannya pada penunjuk waktu di lengan kirinya. Sudah lima menit dan masih belum ada respon dari celestial.



Sementara itu Kasmir terus menambah volume musik di MFU-nya. Satu fitur yang paling dia banggakan dari MFU-nya adalah 12 buah speaker 34 inchi plus 4 subwoofernya.



Kasmir terus mendengarkan musik dengan santai meski anggota skuadron yang lain memaki-maki tanpa ampun. Dalam keadaan ini biasanya Dian akan turun tangan tapi entah mengapa saat ini Dian tidak melakukan apa-apa. Jadi Kasmir memanfaatkan keadaan ini sebaik-baiknya.



"Sepertinya kamu menyukai musik era tahun 2000 juga." Suara Syarif memaksa kasmir membuka mata.



"Memang ini lagu lama. Tapi aku suka..."



"hooo..." Syarif menerbangkan MFU-nya ke dekat MFU kasmir. "Senang rasanya bertemu dengan orang berselera sama."



"Hahahahaha"



"Semoga saja semua bisa berakhir dengan lancar."



Semua orang terdiam.



Semoga semua bisa berakhir dengan lancar.

***


Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:09 am

Chapter 7: The Real Betrayal





Sektor SRFI1548DA5 di Luar Orbit Planet Terra






Semua anggota Tyrano Skuadron telah duduk di belakang tangkai kemudi MFU masing-masing. Mata Syarif terpaku sesaat pada kokpit 3 MAU. Pada Flux.




Suara animasi komputer MFU mulai menghitung mundur dengan suara halus. Semua menunggu dengan berdebar-debar.




“…LIMA…EMPAT…TIGA…DUA… SATU… BERANGKAT!”




MFU Tyrano Skuadron langsung meluncur dengan cepat. Keluar dari dock 2 dengan formasi v.




“Kapten, apa perintahmu?” terdengar suara Eko dari alat komunikasi.




“Pertahankan formasi. Tunggu aba-aba selanjutnya dariku.” Lalu dia mengontak Aquatids. “Tyrano Leader ke Aquatids. Apa perintah anda komandan?”




“Tunggu sebentar. Kami sedang mencoba menghubungi Celestial.”




“Tyrano Skuad, tahan posisi kalian. Tetap dalam perisai Aquatids.”




“Siap!”




Sementara itu, di ruang kendali Aquatids, semua orang sedang sibuk berusaha menghubungi Celestial. Hasilnya, nihil.




“Komandan, hubungan dengan Celestial tidak dapat dibuat. Sepertinya komunikasi kita telah di-jam (Pengacauan transmisi gambar dan suara) oleh Aconite.”




“Sial! Bagaimana ini?” Laksamana Adiguna memukul kursi komandonya.




“Mungkin aku bisa membantu.” Kata Adam tiba-tiba.“Tapi aku perlu bantuan Flux.”




“Hah!? Baiklah, kamu boleh coba.”




Tak lama kemudian, Flux telah selesai mengutak-atik komputer komunikasi dan tanpa butuh waktu lama, mereka telah dapat melakukan kontak dengan Celestial




“Aquatids ke Celestial. Aquatids ke Celestial. Laporkan status anda.”




“Di sini Celestial, garis pertahanan kedua telah ditembus. Tidak ada yang tersisa dari garis pertahanan pertama dan kedua.”




Sistem pertahanan Space Station Celestial terdiri atas 3 lapis. Lapisan pertama terdiri dari Shyncro Cannon yang disimpan pada sabuk asteroid. Lapisan kedua berupa MFU dan lapisan ketiga adalah Perisai elektromagnet.




“Sial!” Dengan emosi, Laksamana Adiguna membanting topi yang dia kenakan. “Apa yang sebenarnya Aconite rencanakan.”




“Mu...mungkin kami bi...bisa ca...cari tahu.” Kata Aura dengan agak malu.




“Hah?”




“Benar juga. Laksamana, berikan kami izin untuk menuju zona tempur.”




“Baiklah. Izin diberikan. Tapi kalau kau mencoba kabur, kau tak akan kumaafkan.”




“Baiklah. Aura, Flux, ayo kiya pergi!”




Dengan cepat mereka bertiga menuju MAU dan naik ke posisi masing-masing.




“Kolonel Adam, Leader Armada 13 Ranger. MAU Stardust siap meluncur.” Adam melapor sambil mengutak-atik seluruh peralatan di MAU-nya.




“Kolonel Adam, silakan meluncur.” Terdengar petugas pengawas dock menyahut.




“Aura, Flux, ayo kita berangkat.”




MAU itu bagai ditembakkan dari landasan, melesat cepat meninggalkan Aquatids. Beberapa saat mereka melesat di keheningan antariksa. Di belakang ada Aquatids, di depan ada pertempuran.




“Stardust pada Tyrano Leader. Bagaimana keadaan kalian?”




“Apa yang kamu lakukan di sini? Kalau kamu mencoba kabur, tanpa segan-segan aku akan menembakmu.” Terdengar suara Eko dengan nada marah.




“Ha…ha…ha… tenang saja Letnan. Kami hanya ingin mengetahui rencana Aconite. Tolong lindungi kami.”




“Kasmir, Akmal, dan Jessie, lindungi mereka. Yang lain, ikut aku! Kita serang mereka tanpa ampun.” Dian memberi perintah lalu membelokkan MFU-nya.




“Siap!”




Mereka pun terjun dalam pertempuran. Dari kejauhan terlihat titik yang melesat mendekat bersama dengan sinar menyilaukan menyambar.




“Letnan, Awas!!!” Seru Dian pada Eko sambil menghentakkan MFU-nya menikung dan menanjak, langsung menembak.




Kilatan dahsyat menyilaukan mata saat peluru dari MFU Dian menghantam rudal Aconite Destroyer.




“Terima kasih Kapten!” Eko sempat berteriak “Tyrano Skuad, ayo bantai mereka!”




MFU yang dikemudikan Eko melesat mengejar sebuah Aconite Destroyer. Adam sendiri terus meluncur ke tempat tujuan.




Begitu MAU milik Adam tiba di zona tempur, mereka langsung terkejut. Jumlah pasukan Aconite diluar perhitungan mereka. Sepertinya semua Aconite ada di tempat itu.




“Adam, aku sudah tahu rencana mereka.”




“Benarkah itu Aura?”




“Mereka berniat menjatuhkan Celestial ke Planet Terra.”




“Apa! Kalau begitu kita harus menghubungi Aquatids”




Adam menekan beberapa tombol lalu mencoba mengontak Aquatids.




“Kode Merah!” Teriak Adam pada alat komunikasinya. “Stardust pada Aquatids, Kode merah! Segera panggil bala bantuan! jumlah mereka terlalu besar!”




Tapi tak terdengar jawaban dari Aquatids.




“Sial! Alat komunikasi kita dijamming.” Dia menekan beberapa tombol mencoba mengontak Tyrano Skuadron. “Stardust ke Tyrano Leader.”




“Ada apa Stardust.”




“Seseorang telah merusak alat komunikasi MAU-ku. Apa kamu bisa mengontak Aquatids?”




“Sayang sekali kolonel. Alat komunikasi jarak jauhku juga kacau.”




“Sial! Padahal kita sudah tahu rencana mereka.” Adam memukul layar control MAU-nya. “Oh iya. Kalian lindungi aku. Aku akan mencoba kembali ke Aquatids.”




“Ditengah-tengah hujan peluru ini?” tiba-tiba terdengar suara Syarif.




“Apa boleh buat.”




“Baiklah kami akan melindungimu.” Kata Kasmir dari alat komunikasi. “Slay, ayo ikut.”




Keempat MAU itu melesat cepat kembali ke Aquatids. Tapi perjalan itu tidak mudah. Beberapa Aconite Destroyer ternyata mengikuti mereka. Tiba-tiba Syarif membelokkan pesawatnya.




“Biar aku yang menahan mereka.”




Di layar radar MAU Adam tampak titik yang merupakan MFU Syarif melengkung membelok meninggalkan formasi. Tapi beberapa titik merah yang merupakan Aconite Destroyer berhasil melewati MFU Syarif.




“Kali ini giliranku. Slay, kamu lindungi mereka.”




Begitu Aquatids tampak di radar dan masuk dalam jangkauan alat komunikasi, Adam langsung mengontak Laksamana Adiguna.




“Laksamana, mereka berniat menjatuhkan Celestial ke planet Terra. Segera minta… akh…” perkataannya terputus oleh sebuah tembakan rudal yang tepat mengenai badan MAU-nya. “Flux, siapa yang menembak?”




“Sersan Slay dari Tyrano Skuadron.” Flux menjawab setelah menekan beberapa tombol di hadapannya.




“Apa? Kenapa dia menembaki kita?” pada saat yang sama, Adam mengubah luncuran terbangnya nya, dari layar radar dia melihat beberapa peluru tembakan dari Sersan Slay hampir mengubah mereka menjadi sampah luar angkasa.




Dengan manuver yang cantik, MAU kolonel Adam bergeser ke kiri tetapi kemudian melesat menukik untuk tiba-tiba lagi bergeser ke kanan. Beberapa peluru yang kembali ditembakkan Sersan Slay meledak namun hanya sekedar membuat silau mata Adam beberapa saat. Dan sambil menghindar dengan terbang miring, Adam sekaligus melepaskan empat buah peluru kendali.




Dari layar radar terlihat pesawat penghianat itu melakukan gerakan melambung dan dengan cepat meluncur ke tengah-tengah keempat peluru kendali tadi. Sebuah gerakan yang tidak akan dilakukan oleh pilot tanpa pengalaman yang cukup. Keempat peluru kendali tadi langsung menukik ke satu titik.




Namun, mendadak saja pesawat Sersan Slay melesat hebat, dan keempat peluru kendali itu bertubrukan sendiri. Menyisakan ledakan dahsyat dengan sinar menyilaukan. Zat plasma akibat ledakan keempat peluru kendali itu menambah daya tolak MFU Sersan Slay sehingga MFU itu melesat engan kecepatan berlipat ganda.




Beberapa saat saja, MFU Sersan Slay telah tampak oleh mata. Cepat Adam memiringkan pesawat ke kiri… tepat saat semburan meriam sinar Sersan Slay tiba.




Blar!!! Tembakan itu telak mengenai kagian kiri MAU Stardust. Tepat di samping kokpit 2 tempat Aura berada.




“Aura! Aura! Kamu tidak apa-Apa?”




Tidak ada jawaban dari kokpit 2. Amarah Adam memuncak. Dengan emosi dia menekan sebuah tombol di layar pengendalinya.




“Flux, ubah ke Mach Mode!(Mach sebenarnya adalah satuan untuk kecepatan suara. Mach Mode di sini maksudnya adalah salah satu mode MAU yang digunakan untuk bertempur. MAU Stardust memiliki 3 mode. Normal mode, Mach Mode, Armor Mode.)”




MAU Stardust berubah bentuk. Kokpit 2 dan 3 bergerak ke arah badan pesawat. Sebuah pendorong roket muncul dari bagian belakangnya.




“Semua senjata siap Kolonel.”




“Isi Plasma Cannon!”




“Plasma Cannon terisi.”




“Baiklah, kemana si brengsek itu pergi!”




Adam memperhatikan radar. Mencari-cari titik cahaya yang baru saja melukai seseorang paling berharga dalam hidupnya. Begitu dia menemukan MFU yang dia cari, dia langsung melesat mengejar. Dengan gerakan zig-zag, dia menembakkan plasma cannon.




Duar!!! MFU Sersan Slay hancur berantakan. Lalu dia mengubah arah penerbangannya ke Planet Terra.




“Kolonel, mau ke mana kamu?” Terdengar suara Eko dari alat komunikasi.




“Aku akan turun ke Terra. Salah seorang anggotamu baru saja menembaki kami.”




“Apa maksudmu?”




“Aura terluka parah dasar brengsek! Kalau kamu mencoba menghalangiku, kau akan aku hancurkan!” Adam berteriak marah lalu mendorong tuas di sampingnya.




MAU Adam langsung melesat cepat menuju planet Terra.




***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:10 am

Chapter 8: Terran






Ruang kendali Aquatids





“Apa maksudmu Laksamana?”



“Sepertinya Kolonel Adam tidak berbohong.”



“Bagaimana dengan penghianat yang mengacaukan alat komunikasi?”



“Pelakunya Sersan Slay dari Rose Skuadron.”



“Pantas saja dia bisa mengalihkan 10 unit Aconite Destroyer sendirian. Ternyata….”



“Aku juga tidak menyangka hal itu.”



“Kalau begitu kemana Kolonel Adam?”



“Entahlah, kami putus kontak dengannya.”



“Kalau begitu, kalian bertahanlah. Sebentar lagi bantuan datang.”



***






Zona Tempur Celestial





“Apa yang terjadi?”



“Sepertinya penghianat sudah dihancurkan.”



“Penghianat?”



“Salah satu anggota Skuadronmu. Slay.”



“Apa!!?”



“Sudahlah, lebih baik konsentrasi pada pertempuran.” Syarif memutuskan kontak dengan Kasmir.



Pertempuran terus berlanjut hingga tiba-tiba pasukan Aconite mundur dari zona tempur.



“Lho, apa yang terjadi? Kenapa mereka semua pergi?” Tanya Kasmir heran.



“SEMUA SKUADRON SEGERA MENDARAT KE CELESTIAL.” Terdengar perintah dari alat komunikasi.



“Oke, Tyrano Skuad. Segera kembali ke Celestial!”



“Siap!”



***






Bagian Utara Planet Terra





Adam membopong Aura meninggalkan MAU-nya yang ditembak jatuh Pasukan Pertahanan Terra. Flux berjalan disampingnya sambil membawa perlengkapan darurat.



Setelah berjalan agak lama menembus hutan, akhirnya mereka tiba di sebuah desa. Sebuah desa kecil. Di pintu desa berjaga beberapa orang tentara.



“Tolong, istriku terluka” kata Adam pada para penjaga dalam bahasa Terran.



“Cepat bawa ke dalam”



Penjaga itu membuka gerbang desa dan mempersilahkan mereka masuk. Setengah berlari Adam membawa Aura ke dokter.



Untunglah saat itu dokter langsung memeriksa Aura. Dengan menggunakan RC, dokter itu mengobati luka-luka yang dialami Aura.



“Biarkan dia istirahat. Besok dia mungkin sudah siuman.” Kata dokter itu dalam bahasa Terran.



“Terima kasih atas bantuannya dokter.” Adam menjawab dalam bahasa Terran yang tak kalah fasih.



Dokter itu melangkah pergi. Adam duduk di samping Aura. Matanya tak pernah lepas dari Aura.



Tiba-tiba dia berdiri.



“Flux, apa kamu membawa alat komunikasi?”



“Ya kolonel.”



“Bagus. Sesuaikan frekuensinya dengan frekuensi alat komunikasi Terran.”



“Siap laksanakan.”



Flux mengeluarkan sebuah alat komunikasi dari tas dan mengutak-atik alat itu. Beberapa menit kemudian dia menyerahkannya ke Adam.



“Bagus. Lebih baik kamu istirahat dulu.”



“Terima kasih kolonel. Sistem Shut Down.”



Mata Flux tertutup seperti sedang tidur. Sekarang dia sedang mengisi tenaga.



“Maafkan aku Flux.” Adam membuka panel di punggung Flux dan mematikan fungsi Auto Recovery (fungsi untuk bangun begitu energi terisi penuh)-nya. “Nah sekarang saatnya berangkat.”



***






Veta, Pusat Pemerintahan Terran





“Aku ingin bertemu dengan pemimpin tertinggi.”



“Tidak bisa.”



“Ini penting.”



“Tetap tidak bisa.”



“Sial!” umpat Adam dalam hati. Percuma dia berusaha membujuk penjaga Istana Veta. Jika terus seperti ini, dia hanya akan membuang-buang waktu.



Adam menghela nafas panjang lalu melepaskan tembakan dari Shockgunnya. Penjaga itu langsung jatuh pingsan. Mereka hanya pingsan karena Adam telah mengatur kekuatan Shockgunnya sampai batas minimal.



Dia melemparkan sebuah bola. Pofff!!! Bola itu berubah menjadi sebuah kendaraan beroda tiga. Dengan gesit dia menaiki kendaraan itu dan menerobos masuk ke dalam istana.



Ratusan penjaga melepaskan tembakan ke arahnya. Adam tidak kalah gesit. Sambil menghindar, dia melepaskan tembakan. Dia terus menghindari penjaga sambil terus mencari-cari kamar pemimpin tertinggi.



Tiba-tiba sebuah tembakan pelontar granat mengenai kendaraannya. Adam terlempar beberapa meter. Tubuhnya tidak mendapat luka-luka serius karena dia sedang mengenakan armor (pakaian pelindung). Dia terus berjalan maju sambil menghindari tembakan penjaga.



Setelah melewati ratusan penjaga, akhirnya ruangan paling atas terlihat. Ruang Singasana Terra. Namun rupanya untuk tiba kesana tidaklah mudah.



Di depan pintu telah berjaga ratusan tentara bersenjata lengkap.



‘Aura, jika aku tidak kembali dengan selamat, aku hanya ingin kamu tahu. Aku mencintaimu dengan seluruh jiwaku.’



Adam mengeluarkan sebuah Super Shockwave (Senjata besar mirip bazooka) dan berlari maju menghadapi ratusan tentara Terran. Sendirian.



***



‘Adam, dimana kamu. Aku mendengar suaramu tapi tak kurasakan auramu. Aku akan mengikutimu kemanapun kau pergi. Meski galaksi tergelap sekalipun.’



Aura membuka matanya. Dengan agak susah, dia membalikkan kepalanya. Dia mendapati Flux masih dalam keadaan shut down.



“Flux, ayo bangun.” Perintah Aura dengan suara lemah.



Flux, begitu mendengar perintah langsung membuka matanya. Dia berdiri lalu berjalan ke arah Aura.



“Selamat pagi.”



“Flux, mana Adam?”



“Tidak tahu.”



Aura berdiri lalu berjalan keluar gedung itu. Di luar dia mendengar orang-orang bercerita tentang seorang prajurit yang menyerang istana.



'Aura, aku mencintaimu'



Aura mendengar suara Adam dalam pikirannya. Dengan tergesa-gesa dia menarik tangan Flux.



“Ada apa?”



“Kita harus ke tempat pemimpin tertinggi. Adam ada di sana.”



“Baik.”



‘Adam, tunggulah aku!’



***






Space Station Celestial





“Lapor komandan. Pasukan tempur Aconite kembali menye… Akhg….”



“Ada apa? Jawab… Sersan…”



“Kita kehilangan dia komandan.”



“Sial. Sepertinya serangan gelombang kedua telah dimulai. Sambungkan dengan Laksamana tertinggi.”



Layar didepan Laksamana Adiguna berkedip lalu terlihat gambar laksamana tertinggi.



“Bagaimana dengan bala bantuan?”



“Mereka masih diperjalanan.”



“Serangan telah dimulai lagi.”



“Bertahanlah. Mereka tiba dalam satu jam.”



“Kami akan berusaha.”



“Aku mengandalkanmu laksamana.”



Layar itu kembali hitam. Laksamana Adiguna berpikir keras.



“Perintahkan semua Skuadron untuk bersiaga!”



“Siap!”



“Siapkan sebuah kapal tempur untukku!”



“Tapi komandan.”



“Hei, siapa yang memberi perintah di kapal ini?”



“Anda Komandan.”



“Bagus. Cepat Laksanakan.”



***






Orbit Space Station Celestial





“Tyrano Skuad, pertahankan formasi dan jangan sampai tercerai-berai!”



“Oke Kapten Sayang.” Jawab Kasmir dengan usil.



“Sekali lagi kau memanggilku dengan sebutan itu, akan kutembak kau dengan Shyncro Cannon.”



“Maaf Kapten Sayang.”



“Kasmiiiiiiiiiiiiiiiir! Begitu pertempuran ini selesai akan kubunuh kau.”



“Wow. Kalau dibunuh olehmu aku sih mau saja.”



“Sudahlah kalian berdua. Ayo kita mulai berkerja.” Kata Eko.



“Kapten, ada Aconite Destroyer dari arah jam 12. Jumlahnya 10 eh… bukan 20 tunggu… 35. Kapten jumlah mereka terus bertambah.”



"Jumlah bukanlah penentu kemenangan."



“Baiklah, ayo kita akhiri pertempuran ini. Tyrano Skuad, maju!”



***


Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:10 am

Chapter 9: Two Battle






Istana Veta-lantai teratas





Adam meloncat menghindari sebuah peluru granat. Dengan sigap ditembakkannya Shockwave ke arah pasukan di depannya. Tapi sebuah tembakan lain tepat menghujam punggungnya.



Dia terlempar beberapa meter. Shockwave-nya terlempar entah kemana. Diambilnya dua buah handgun dari tasnya dan kembali melanjutkan pertempuran.



Tiba-tiba sebuah Panter (siegekit terhebat bangsa Terran) menembakkan sebuah rudal kearahnya. Pada saat yang tepat dia menembak rudal itu. Ledakan yang ditimbulkan membuat armor Adam rusak parah. Darah mengalir dari tangannya.



“Sial! Aku tidak akan bisa bertahan kalau musuhnya sebanyak ini.” Adam mengeluarkan senjata terakhirnya. Sebuah pedang. Armor tangan kanannya berubah menjadi meriam kecil. “Semoga Aura bisa bahagia tanpaku.”



Adam maju menerjang. Tangan kirinya menyabetkan pedang sedangkan tangan kanannya terus menembak.



“Adam…” Sebuah teriakan memaksa Adam berbalik.



Dari arah pintu dilihatnya Aura dan Flux sedang berdiri terpaku. Pasukan penjaga Terra yang mengira Flux sebagai pasukan Aconite melepaskan tembakan. Tapi tembakan itu justru melesat ke arah Aura.



“Aura, awas!” Adam melompat. Menjadikan dirinya sebagai tameng. Tembakan itu membuat helm armornya terlempar jauh.



“Adam!!!” Aura menangis memegangi Adam.



“Kamu tidak apa-apa bukan?”



“Tidak…” Aura menjawab sambil menitikkan air mata.



“Ukh…” Adam mencoba bangkit. “Aura, segera pergi dari sini!”



“Tapi.”



“Cepat pergi!” Adam kembali menggenggam pedangnya dan kembali menerjang.



“Flux, lindungi Aura!”



“Baik.”



“Siapkan senjata tapi jangan menembak!”



Flux mengeluarkan sepasang Gatling Gun . Bersiap dengan segala kemungkinan yang bisa terjadi.



Adam terus menerjang hingga akhirnya dia tiba di depan pintu. Dia melemparkan sebuah granat dan meledakkan pintu itu. Cahaya menyilaukan memancar menyelimuti semua yang sedang bertempur.



“Terran, hentikan pertarungan.” Sebuah suara menghentikan gerakan bangsa prajurt Terran. “Ada apa sampai seorang prajurit menerobos sampai tempat ini.” Terdengar suara halus dari dalam cahaya. Suara Pemimpin Tertinggi Terran.



“Maaf yang mulia.” Adam Berlutut dengan terengah-engah.”Kita harus membuat kesepakatan. Aconite akan menghancurkan planet ini.”



“Kenapa kami harus mempercayaimu?”



“Karena aku sendiri yang mengetahui hal itu.” Aura angkat bicara.



“Dan siapa kamu?”



“Aura.”



“Kenapa seorang Terran melindungi musuh?”



“Aku hanya mencoba menghentikan peperangan.”



“Alasan bagus. Bagaimana denganmu prajurit Ranger?”



“Aku di sini untuk melindungi sesuatu yang harus kulindungi.”



“Apa itu?”



“Orang yang kusayangi.”



“Alasan yang juga bagus.”



“Ukhhhh…” Adam terjatuh. Luka di sekujur tubuhnya memberikan rasa sakit yang tak terbayangkan. Perlahan-lahan kesadarannya hilang. Dan dia pun terjatuh ke pangkuan Aura.



***






Zona Tempur Space Station Celestial





“Tyrano Skuad, Laporkan status amunisi!”



“Di sini Tyrano Subleader, Eko. Amunisi habis.”



“Di sini Tyrano 2, Syarif. Amunisi juga habis.”



“Di sini Tyrano 5, Jessie. Baru saja aku menembakkan amunisi terakhirku.”



“Di sini Tyrano 6, Adhy. Amunisi habis.”



“Di sini Tyrano 3, Kasmir. Kalian ini boros sekali. Ha…ha…ha… amunisiku masih banyak kapten sayang. Sepertinya Akmal juga masih punya banyak.”



“Disini Tyrano 7, Akmal. Amunisi masih banyak.”



“Bagaimana denganmu John?”



“Masih cukup untuk bertahan, Kapten.”



“Bagus, Kalian bertiga lindungi kami. Yang lain segera isi amunisi!”



“Siap!”



“Oh iya Kapten Sayang.”



“Ada apa?”



“Ngggg… Ah… Tidak jadi.”



“Apaan sih. Ingat, jangan panggil aku sayang-sayang atau kau akan kuhukum karena membangkang.”



“Ha…ha…ha…”



“Kenapa tertawa?”



“Ha…ha…ha…Rasanya kata-kata itu sering kudengar.”



“Begitu pertempuran selesai, kamu akan langsung kuhukum.”



“Akan aku tunggu kapten sayang. Ha…ha…ha…” Kasmir tertawa panjang.



***






Dock 2





Lima pesawat Tyrano Skuadron mendarat cepat di landasan pacu Dock 2. Beberapa mekanik langsung menghampiri mereka dan menambahkan amunisi.



Tak lama kemudian, kelima pesawat itu kembali meluncur untuk melanjutkan pertempuran.



Eko menekan beberapa panel di kokpitnya ketika wajah Syarif muncul di layar.



“Eko, menurutmu MAU Ranger itu akan kembali?”



“Entahlah. Tapi jika memang dia itu penghianat, aku sendiri yang akan menghabisinya.”



“Oh…”



***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:11 am

Chapter 10: The Real Plan



‘Di mana ini? Semuanya terlihat putih. Entah mana atas, mana bawah. Tempat apa ini? Ah iya, benar juga. Tadi aku sedang bertarung dengan prajurit Terran. Lalu Aura dan Flux datang. Kemudian pemimpin tertinggi muncul dan aku kehilangan kesadaran. Apakah aku sudah mati? Apakah aku gagal melindungi Aura?

Aura… Aura… Aura… Aura… istriku….

Tunggu… bayangan siapa itu? Rambut panjang merah muda. Senyum hangat. Aura! Apakah itu benar-benar kamu. Aura! Aura! Tunggu! Kenapa kamu pergi? Aura! Aura! Aura!’



“Ada apa Adam?” terdengar suara lembut Aura. Perlahan-lahan Adam membuka matanya. Dilihatnya Aura sedang mengobati luka-lukanya.



“Aura?” Adam mencoba bangun.



“Luka-lukamu masih belum sembuh. Lebih baik kamu jangan banyak bergerak.”



“Tapi…”



Perkataan Adam terpotong karena Aura menahan mulut Adam dengan jari telunjuknya.



“Jangan banyak bicara dulu!”



“Tapi, teman-temanku sedang bertarung di atas sana.”



“Tenanglah Adam.”



Aura mengambil sebuah bola bercahaya. Sebuah RC. Aura menekan RC itu ke dada kiri Adam. Ke arah Jantungnya. Perlahan tapi pasti RC itu menghilang terhisap oleh tubuh Adam.



“Terima kasih, Aura.”



“Itu memang tugas seorang istri bukan?”



Lalu Adam berdiri dan mengenakan armor berwarna biru. Dicobanya mengontak Aquatids tapi gagal.



“Flux! Bagaimana keadaan MAU kita?”



“Rusak parah.” Kata Flux yang sedari tadi duduk tenang di sudut kamar.



“Berapa waktu yang dibutuhkan untuk memperbaikinya?”



“satu jam empat puluh menit.”



“Jarak dari sini ke tempat kita jatuh?”



“lima belas menit dengan Hover Bike .”



“Bagus. Ayo ikut aku!”



“Siap!”



“Aura, kamu tunggu di sini!”



“Tapi…”



“Tidak ada tapi-tapian!”



Adam langsung berlari keluar. Dilemparkannya sebuah bola perak yang berubah menjadi Hover Bike.



“Flux, ayo pergi! Kita tidak punya banyak waktu.”



***






Ruang Kendali Aquatids





“Komandan, kita baru saja kehilangan kontak dengan Wolf Skuadron.”



“Sial!” Laksamana Adiguna memukul kursinya dengan emosi.



“Bagaimana status fighter kita di garis depan?”



“Yang tersisa hanya Tyrano Skuadron dan Spitfire Skuadron.”



“Mereka benar-benar menyerang kita habis-habisan. Apa boleh buat. Maju dengan kecepatan penuh! Kita masuk ke zona pertempuran!”



“Siap laksanakan!”



“Perintahkan semua senjata untuk bersiap menembak!”



Tiba-tiba di layar muncul gambar Eko.



“Komandan, aku merasa ada yang aneh.”



“Apanya?”



“Sepertinya mereka sedang menunggu sesuatu.”



“Benar komandan.” Gambar Dian ikut muncul di layar. “Entah kenapa mereka seolah tidak serius menyerang.”



“Kalau soal itu aku juga menyadarinya. Tapi… apa yang sekarang kita bisa lakukan.”



“Kita serang saja mereka dulu. Tanya belakangan. Ha…ha…ha…” Kasmir ikut-ikutan bicara.



“Sudahlah, konsentrasi pada pertempuran.”



“Oke Kapten Sayang.”



“Berhenti memanggilku seperti itu!”



“Oke Kapten Sayang. Wakakakakak.”



Gambar mereka bertiga hilang dari layar.



“Apa yang sebenarnya Aconite rencanakan?” Gumam Laksamana Adiguna.



“Komandan, mereka lagi-lagi mundur.”



“Apa!!?”



“Benar komandan. Mereka mundur ke orbit planet Vena.”



“Hmm… Perintahkan semua Skuadron yang tersisa untuk kembali!”



“Lapor Komandan. Ada kontak dari Kapal Induk Tetha.”



“Sambungkan!”



Gambar seorang laksamana yang terlihat agak tua muncul di layar komunikasi.



“Akhirnya, kenapa kalian tibanya lama sekali?”



“Maaf, entah kenapa ada gangguan dengan medan warp. Bagaimana keadaan kalian?”



“Buruk. Hanya dua Skuadron yang tersisa. Aconite baru saja mundur ke orbit Vena.”



“Baiklah, Serahkan sisanya pada kami.”



***






Bagian Utara Planet Terra





Adam mengutak-atik MAU-nya yang rusak parah dengan serius. Tepat seperti yang Flux katakan, pekerjaan yang sulit itu diselesaikan dalam waktu satu jam empat puluh menit.



“Flux, bagaimana dengan sumber tenaganya?”



“Tidak akan cukup untuk meninggalkan medan gravitasi planet Terra.”



Tiba-tiba Adam berbalik dengan cepat dan tangannya seperti menggenggam sesuatu. Sesuatu yang tidak tambak.



“Sudah Kubilang untuk tetap tinggal bukan!” Bentak Adam.



Cahaya berkumpul dan membentuk sesosok tubuh. Aura. Tangannya dipegang oleh Adam.



“Tapi…”



“Sudahlah, cepat kembali!”



“Tapi aku kan istrimu.”



“Justru karena itu aku ingin kamu berlindung di planet ini!”



Tiba-tiba tubuh Aura terdorong. Keringat dingin mengaliri wajahnya yang cantik. Matanya memancarkan ketakutan.



“Ga…gawat… Aconite punya rencana lain.”



“Apa maksudmu?”



“Aquatids dan bala-bantuan dalam Bahaya.”



“Apa maksudmu?!”



“Kita harus cepat.” Aura menarik tangan Adam ke arah MAU. “Akan kujelaskan dalam perjalanan.”



***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:12 am

Chapter 11: Code Name; 'Will'








Zona Tempur Space Station Celestial





Pertempuran telah pecah kembali. Kali ini Aconite mengeluarkan semua pasukan mereka. Bala-bantuan yang baru tiba tidak banyak membantu.



“Tyrano Skuad, tetap pada formasi. Kita serang kapal induk mereka!”



“Siap!”



Tyrano Skuadron membentuk formasi v lalu maju menyerang. Dian di bagian depan formasi memipin penyerangan. Begitu gambar musuh muncul di radarnya, tanpa menunggu waktu lama dia melepaskan empat buah rudal. Langsung saja beberapa Aconite Destroyer berubah menjadi sampah luar angkasa.



“Kapten Sayang, habis ini kita kencan yah.” Kata Kasmir tiba-tiba.



“Eh!!?” muka Dian memerah.



“Ha…ha…ha… mukamu aneh sekali.”



“Sialan!”



“Jadi bagaimana, Kapten Sayang?”



“Kalau kamu bisa menghancurkan sebuah kapal induk Aconite, aku bersedia.”



“Ha…ha…ha… Oke Kapten Sayang.”



Kasmir mengendalikan MFU-nya keluar formasi dan menerjang musuh sendirian. Dikerahkannya semua kemampuannya untuk memenangkan hadiah itu.



“Kapten Sayang, lihat manuver yang baru saja kuciptakan.”



Kasmir membanting tongkat kemudi MFU-nya. MFU-nya berputar-putar seperti tornado. Lalu dia menekan tombol merah untuk menembakkan rudal. Rudal yang dia tembakkan ikut berputar-putar dan menghancurkan beberapa Aconite Destroyer.



“Gimana? Hebat bukan?”



“Lumayan…” Kata Eko cuek.



“Lumayan…? Butuh waktu berbulan-bulan untuk mengembangkan manuver itu! Memangnya kamu punya manuver yang lebih bagus?” Katanya dengan kesal.



“Sudahlah. Buat apa gaya-gayaan. Yang penting tingkat efektifitas tembakan.” Akmal menambahkan.



“Akmal! Kamu itu dipihak siapa sih?”



“Bukan keduanya. “



“Ah!!! Dasar orang-orang yang tidak mengerti seni.”



“Kalian! Ayo konsentrasi!!!” bentak Dian.



“Maaf Kapten Sayang.”



“Dan berhenti memanggilku seperti itu!”



“Baiklah sayang. Tapi jangan lupa dengan janjimu ya. Ha…ha…ha…”



***






Ruang Kendali Aquatids







“Komandan, ada kontak dari Kolonel Adam.”



“Apa?! Sambungkan!”



Gambar Adam yang masih mengenakan armor muncul di layar. Mukanya terlihat tegang.



“Laksamana, kalian semua harus pergi dari tempat itu!”



“Apa maksudmu?”



“Cepat! Perintahkan semua pasukan bala-bantuan untuk mundur.”



Tiba-tiba layar terlihat kacau. Semua peralatan komunikasi mulai kacau.



“Laksa..na, me…ka b..niat me…..kan ….”



Gambar Adam terlihat terputus-putus lalu menghilang sama sekali.



“Ada apa ini!?” Tanya Laksamana Adiguna berang.



“Sepertinya komunikasi jarak jauh kita dikacaukan oleh musuh, Komandan.”



“Sial! Bagaimana kontak dengan Skuadron kita?”



“Hubungan jarak dekat masih bisa dilakukan.”



“Bagus. Kontak Tyrano Leader!”



Tak lama kemudian gambar Dian muncul di layar.



“Segera kembali ke Aquatids!”



“Ada apa komandan?”



“Aku juga mengharapkan jawaban dari pertanyaan itu. Segera mundur!”



“Siap!”



***






Dock 2







Adam meloncat turun Dari MAU-nya. Diikuti oleh Aura dan Flux. Bergegas mereka menuju Ruang kendali Aquatids.



“Laksamana, cepat! Kita harus pergi dari sini?” kata Adam begitu tiba di ruang kendali Aquatids.



“Apa yang sebenarnya terjadi?”



“Mereka berniat menggunakan Helios Cannon (Beam cannon yang menggunakan reaksi fusi berantai dan ketelitian serangan yang tinggi. Besar tembakannya memang terlihat mirip dengan Shyncro Cannon tapi tenaganya ratusan kali lipat).”



“Apa maksudmu? Apa itu Helios Cannon.”



“Senjata terhebat mereka.”



“Senjata yang telah menghancurkan planetku.” Tambah Aura.



“Lalu?”



“Mereka berniat menggunakan senjata itu untuk menghancurkan Celestial.”



“Jika kita pergi, bagaimana jika Celestial jatuh ke Terran.”



“Tidak masalah, Terran telah mempersiapkan diri untuk itu. Mereka telah memasang barrier di tempat yang mungkin menjadi lokasi jatuhnya Celestial.”



Laksamana Adiguna berpikir sejenak. Menimbang-nimbang semua kemungkinan yang bisa terjadi. Tak lama kemudian, dia tiba pada sebuah keputusan. Sebuah keputusan yang akan menyelamatkan mereka, atau malah menghancurkan mereka.



***






Zona Tempur Space Station Celestial







“Kapten Dian, segera kembali ke Aquatids!”



“Siap Komandan. Tyrano Skuad, mundur.”



“Lho, ada apa kapten? Kenapa kita mundur.” Tanya Eko.



“Ini perintah dari Komandan.”



Tyrano Skuadron satu-persatu berbalik menuju Aquatids.



“Ada apa sebenarnya.” Pikir Dian dalam hati.



Tiba-tiba MFU Sersan Akmal meledak. Sebuah rudal baru saja menghantam bagian belakang formasi Tyrano Skuadron.



“Apa yang terjadi?”



“Entahlah kapten. MFU Akmal tertembak.” Jawab Syarif.



“Tapi aku tidak mendeteksi kedatangan serangan itu di radar.”



“Tyrano Leader ke Aquatids. Komandan, ada pesawat aneh yang menyerang kami. Pesawat itu sama sekali tidak terdeksi di radar.” Lapor Dian.



“Apa!!?” Gambar Adam muncul di layar komunikasi. “Tidak mungkin dia ada di sini.”



“Memangnya siapa dia?” Tanya Eko penasaran.



“Prajurit terkuat Aconite. JLIC-16, Code Name : ‘Will’.”



“Will?”



“Pesawatnya memang tidak bisa tampak di radar. Kalian hanya bisa melihatnya secara langsung.”



“Sial!” Dian memukul Layar komunikasi dengan emosi.



“Kapten, izinkan aku menghadapinya.” Syarif tiba-tiba memisahkan diri dari formasi. “Kalian segera kembali ke Aquatids.”



“Apa maksudmu Syarif?” Eko mengontak Syarif. “Bagaimana kamu bisa mengalahkan pesawat yang tidak terlihat?”



“Dia tidak perlu dikalahkan bukan. Yang penting kalian punya cukup waktu untuk tiba di Aquatids.” Syarif memutuskan kontak dengan Eko dan Tyrano Skuadron. “Baiklah, kita lihat seberapa hebat ‘Will’ ini?”



***






Zona Tempur Space Station Celestial-tempat Pertempuran Syarif vs ‘Will’







Syarif mengendalikan MFU-nya dengan lincah. Mencoba mencari-cari musuh. Dia sadar kalau tanpa mengandalkan radar kemampuannya berkurang jauh. Tapi Bagaimanapun, Tyrano Skuadron tidak akan bisa tiba dengan selamat jika tidak ada yang menghadapi pesawat aneh itu.



Tiba-tiba dia mendengarkan suara di alat komunikasinya. Syarif terkejut, bukankah dia telah memutuskan kontak dengan Aquatids dan Tyrano Skuadron.



“Kupuji keberanianmu.”



“Siapa ini?”



“Prajurit Aconite yang akan menjadi malaikat maut bagimu.”



“Ho…. Jadi kamu ‘Will’.”



“Terserah kamu ingin memanggilku apa.”



“Tapi sepertinya, kali ini kamu yang akan menjadi sampah luar angkasa.”



“Bodoh juga ada batasnya.”



Kontak dari ‘Will’ terputus bersamaan dengan tembakan misil yang mengarah tepat ke kokpit Syarif.



Syarif menarik tuas kemudi dengan kuat. MFU-nya menukik ke atas pada saat yang tepat. Terlambat sedikit saja, dia pasti sudah tidak ada di dunia.



“Lumayan juga untuk seorang prajurit Aconite.”



Syarif menekan beberapa tombol di panel senjata. Bersiap menembakkan rudal.



Dia menggerakkan pesawatnya membentuk angka delapan sambil menembakkan empat buah rudal.



Tapi rupanya Will bukanlah prajurit yang bisa dianggap remeh. Dengan sekali elakan, dia menghindari tembakan Syarif dan pada saat bersamaan menembakkan Beam Cannon.



Syarif membalas tembakan Beam Cannon itu dengan Shyncro Cannon. Tembakan itu bertemu dan menghasilkan ledakan cahaya.



Tiba-tiba, dari arah ledakan muncul sebuah pesawat hitam dengan tiga buah roket pendorong. ‘Will’! Pesawat itu menembakkan Beam Cannon.



Syarif tidak sempat menghindar. Beam Cannon itu menghantam pesawatnya dengan telak.



***






Ruang Kendali Aquatids







“Tidak mungkin…”



Eko berteriak keras begitu melihat MFU Syarif dihancurkan. Dengan penuh amarah Eko meraih helmnya dan berlari keluar ruang kendali.



“Hei, mau ke mana kamu?”



“Mau kemana!? Sudah jelas kan, akan kuhancurkan Aconite brengsek itu!!!”



“Tidak, kita tetap di sini sampai ada perintah selanjutnya dari Komandan.”



“Apa katamu! Dia baru saja menghancurkan sahabatku. Akan kurobek-robek pesawatnya kecil-kecil.”



“Aku mengerti perasaanmu. Tapi, dia hanya akan menghancurkanmu jika kamu pergi dalam keadaan marah.” Adam menambahkan.



“Cih, penghianat sepertimu tahu apa.”



“Aku tidak tahu. Tapi Aura bisa membaca pikiranmu.” Adam berbalik dan menyenangkan Aura yang terlihat ketakutan.



“Eko, Syarif gugur demi memastikan kalian tiba di Aquatids dengan selamat. Jangan sia-siakan pengorbanannya dengan maju membabi-buta.” Kata Laksamana Adiguna menenangkan Eko.



“Benar apa yang dikatakan Komandan.” Tambah Kasmir.



“Ugh...” Eko membanting helmnya. “Baiklah. Tapi aku akan tetap menghancurkan pesawat bodoh itu.”



***
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:12 am

Chapter 13: I Believe I Can Fly






Zona Tempur Space Station Celestial







“Tyrano Skuad, bersiap untuk kembali ke Aquatids!”



“Tapi Kapten, bagaimana kita bisa kembali ke Aquatids jika musuh tidak ada habisnya seperti ini.” Kata Jessie. “Sepertinya… Akh…”



Kata-kata Jessie terputus oleh tembakan Aconite Destroyer yang mengenai MFU-nya.



“Jessie! Kamu tidak apa-apa!?” Eko bertanya khawatir.



“Tidak apa-apa. Tapi MFU-ku tidak bisa bergerak. Tyrano 5 Ejecting .”



Kokpit MFU Jessie terlepas dari bagian badan MFU. Lalu dengan cepat Eko menjulurkan Gyronet dan menangkap kokpit Jessie.



“Tenang saja, aku ada di sini.”



“Terima kasih.”



Pada saat yang bersamaan Kasmir melakukan manuver kebanggaannya. Berputar-putar sembari terus menembakkan misil dan Shyncro Cannon bergantian.



Di tempat yang tidak begitu jauh, Dian sedang berhadapan dengan empat unit Aconite Destroyer. Dian menukik cepat menghindari misil dari Aconite Destroyer.



“Tyrano Skuad! Segera kembali.”



“Di sini Tyrano Subleader dan Tyrano 5, sedang menuju landasan pacu Aquatids. Perkiraan tiba 20 detik.”



“Oke. Kasmir, segera kembali ke Aquatids.”



“Baik Kapten Sayang.”



Dian mengubah arah MFU-nya ke arah Aquatids. Tapi sebuah misil kembali menghentikan gerakannya. Roket pendorong MFU-nya hancur akibat rudal.



“Sial! Aku tertembak. Tyrano Leader, ejecting.”



“Aku akan membantu Kapten Sayang. Jangan lupa kita kencan yah.”



Kasmir mengeluarkan Gyronet dan menangkap kokpit MFU Dian. Mereka langsung melesat ke arah Aquatids.



Belum begitu jauh, Kasmir melihat kedatangan beberapa Aconite Destroyer di belakang mereka. Beberapa titik merah kecil terlihat bergerak cepat ke arah mereka.



Duarrr! Misil tepat mengenai badan MFU Kasmir.



“Sial!”



“Kasmir, ada apa?”



“Tenang saja kapten Sayang. Aku tahu apa yang harus dilakukan.”



Kasmir menekan sebuah tombol. Gyronet yang memegang kokpit MFU Dian terlepas dan mendorong kokpit itu ke arah Aquatids. Kasmir membanting tuas kendali MFU-nya. MFU-nya pun berbalik.



“Tunggu! Kasmir! Apa yang ingin kamu lakukan!!?”



“Tenang saja Kapten Sayang. Mereka tidak akan mendapatkanku tanpa perlawanan!!!”



Kasmir menekan tombol boost di sampingnya lalu melesat pergi. Meninggalkan Aquatids dan Dian.



***






Ruang Kendali Aquatids







“Kasmir! Apa yang ingin kamu lakukan?” Teriak Dian pada Kasmir melalui layar komunikasi Aquatids.



“Ha…ha…ha… sudah jelas kan. Aku ingin melindungimu Kapten Sayang.”



“Tapi…”



“Sudahlah. Amunisiku masih banyak dan lagi pula, aku ini fighter hebat.”



Perbincangan mereka terputus oleh laporan mengejutkan dari seorang operator komunikasi.



“Gawat Komandan. Mereka sepertinya berniat untuk menembak kita lagi.”



“Sial! Segera menghindar dengan kecepatan penuh!”



“Hmmm… sepertinya aku harus pergi. Sampai jumpa Kapten Sayang.” Kasmir memutuskan kontak dengan Aquatids.



“Dia…” Aura menitikkan air mata.



“Ada apa Aura? Kenapa kamu menangis?”



“Dia, dia berniat mati.”



“Apa!!?” Dian terlonjak kaget. “Apa maksudmu?”



“Dia ingin menembak kapal induk Aconite yang memiliki Helios Cannon. Meski dia tahu kalau serangan itu juga akan membunuhnya.”



“Tidak… Tidak mungkin…”



Dengan panik Dian mencoba mengontak Kasmir. Tapi yang dia dengar hanya suara Kasmir yang menyanyi dengan suara pelan. Sebuah lagu lama dengan tempo lambat.



'I used to think that I could go on

And life was nothing but an awful song

But now,

I know the meaning of true love

I’m leaning on the everlasting arms

If I can see it, then I can do it

If ijust believe it, there’s nothing to it

I believe I can fly

I believe I can touch the sky

I think about it every night and day

Spread my wings and fly away

I believe I can soar

Running through that open door

I believe I can fly

I believe I can fly

I believe I can fly…'



Suara Kasmir akhirnya terhenti seiring dengan sebuah ledakan besar. Tepat saat Aquatids melakukan warp. Bersama dengan tangisan Dian yang pecah. Bersama dengan berakhirnya pertempuran demi orang yang dicintai.



***


Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:13 am

Epilogue






6 April 3506-07:00 AM, Moon Base Luna





Dian duduk memandang Planet Terra. Pikirannya menerawang ke pertempuran kemarin. Dia menghela nafas dengan sedih.



“Dia itu memang orang baik.”



Dian berbalik. Dilihatnya Aura dan Flux sedang berdiri tersenyum di belakangnya.



“Kamu membaca pikiranku?”



“Tanpa membaca pikiran pun bisa ditebak.” Aura ikut duduk.



“Ha…ha…ha… Tanpa terasa sudah setengah tahun kami berada dalam satu Skuadron. Entah apa jadinya tanpa dia.”



“Kamu ingin tahu apa hal terakhir yang dia pikirkan?”



“Heh…?”



“Dia bilang begitu dia kembali, dia ingin kencan denganmu.”



“Ha…ha…ha… itu benar-benar khas dia sekali.” Dian tertawa. Tanpa dia ingini, air matanya jatuh. Satu demi satu.



“Aura, di sini kamu rupanya.” Terdengar suara Adam dari belakang mereka. Buru-buru Dian menyeka air matanya.



“Ada apa Adam?”



“Ah, tidak ada apa-apa. Anehkah seorang suami mencari istrinya?”



Dari arah lain, Laksamana Adiguna muncul bersama seorang wanita cantik berseragam putih. Seragam dokter New Stars Union. Dia berjalan ke arah mereka dengan santai.



“Selamat pagi, Komandan.” Dian memberi hormat.



“Selamat pagi Laksamana.” Adam dan Aura memberi salam bersamaan.



“Pagi Kapten. Pagi Kolonel.” Jawab Laksamana Adiguna. Melihat sepertinya Dian dan Adam memperhatikan wanita di sampingnya, Laksamana Adiguna menambahkan. “Perkenalkan, dia istriku. Namanya Diana Leonheart.”



“Selamat pagi.” Wanita cantik itu memberi salam.



Lalu dari arah belakang Laksamana Adiguna datang tadi, Eko dan Jessie muncul. Dilihat sekilas mereka semua langsung sadar kalau Eko dan Jessie baru saja kencan.



“Selamat pagi.”



“Selamat pagi.”



“SEMUA KRU KAPAL INDUK AQUATIDS HARAP BERKUMPUL DI RUANG KOMANDO…” terdengar suara panggilan dari pengeras suara.



“Sepertinya kita akan mendapatkan misi baru.” Kata Eko dingin.



“Apakah kalian akan tetap bersama kami di Aquatids?” Tanya Laksamana Adiguna pada Adam dan Aura.



“Sepertinya begitu. Butuh waktu lama untuk mengejar Armada Ranger. Jadi kami ingin mengumpulkan RC dulu. Lagi pula, sepertinya Aura senang di sini”



“Komandan, lebih baik kita bergegas.”



“Benar juga. Ayo kita pergi!”



***







To Be Continued

Everlasting Arms Episode 2 --- Past, Present, Future
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
eve

eve


Posts : 30
Coins : 10063
Reputation Points : 0
Join date : 2010-08-26
Age : 32

[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 EmptyThu Sep 02, 2010 8:18 am

thats it.,.,.,

bersambung ke episode 2 dan 3 (sayangnya setengah dari episode 2 dan semua file episode 3 ilang). dan lagi malas reqrite. kalau lagi mood, mungkin bakal di rewrite ke tiga episodenya.

btw, sorry for the posting spree,.,. :P

sebagai gantinya, selama seminggu kedepan wa ga bakal ngepost apa-apa deh Smile

over and out
Back to top Go down
http://3knot.kemudian.com
Sponsored content





[LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty
PostSubject: Re: [LN] Everlasting Arms - Episode 1   [LN] Everlasting Arms - Episode 1 Empty

Back to top Go down
 
[LN] Everlasting Arms - Episode 1
Back to top 
Page 1 of 1
 Similar topics
-
» [World Concept] Everlasting Arms
» [Drama] Everlasting Arms; Northdam

Permissions in this forum:You cannot reply to topics in this forum
Indonesian Authors :: Stories :: Original Story-
Jump to: